Mohon tunggu...
KOMENTAR
Cerpen

Cerpen | Senja Binar Jingga di Mata Cahaya

17 Januari 2025   09:17 Diperbarui: 17 Januari 2025   09:17 44 0
Cerpen  |  Senja Binar Jingga di Mata Cahaya


DikToko
(Soetiyastoko)


Di lantai 45 sebuah apartemen megah, Cahaya Sentosa duduk memandangi layar televisi. Malam itu, suara presenter kuis menggema di ruang tamu yang menyatu dengan dapur, hanya dipisahkan oleh partisi kayu yang merangkap meja panjang. Langit Jakarta yang gemerlap memantulkan bayang-bayang kota ke jendela besar di sudut ruangannya.

Saat acara kuis menampilkan tim peserta baru, matanya terpaku pada satu sosok. Seorang wanita bernama Senja. Cahaya tak mampu menjelaskan mengapa nama itu menyentuh relung jiwanya. Apakah karena keindahan wajahnya yang memancarkan kecerdasan? Atau mungkin nama itu sendiri---Senja, sebuah waktu yang menyimpan cerita langit dan kerinduan?

Atau karena patah hatinya telah berubah jubah ?! Tanpa alasan yang jelas diputus cinta, tanpa pembelaan. Tapi dikirimkan foto pernikahan siri yang teramat sederhana  bagi calonnya yang terhitung selebritas nasional.

***

Malam berlalu, tetapi bayangan Senja tak kunjung pergi dari benaknya. Saat tidur, ia terperangkap dalam mimpi yang tak biasa.


***

*"Mengapa matamu menatap sepi, seolah merindukan puisi?"* tanya Senja dalam mimpinya, suaranya merdu seperti desir angin senja yang membelai daun.

*"Karena aku mencari makna di balik setiap kata, dan kini kutemukan jawabannya di matamu,"* Cahaya membalas.

*"Jawaban apa yang kaucari?"* Senja tersenyum samar.

*"Sebuah nama yang membawa pulang hatiku ke dalam pelukan waktu,"* bisik Cahaya.

Setiap percakapan dalam mimpi itu bersenandung rima, seperti simfoni rahasia antara dua jiwa yang belum pernah bertemu.


***

Dini hari saat embun baru bernafas, Cahaya terbangun dengan dada bergemuruh. Ada desakan yang meluap-luap, menggelegak seperti air mendidih. Ia harus bertemu Senja. Tidak peduli caranya.


***

*Jejak Menuju Senja*

Cuti dua hari dia ambil tanpa banyak pertimbangan. Pesan WhatsApp kepada produser acara kuis tak kunjung berbalas. Namun usaha tak mengenal batas; Cahaya menelusuri jalan informasi hingga menemukan nama kakak Senja.

Dari kakaknya, ia mendapat secercah petunjuk---Senja tinggal di sekitar kota Malang, di rumah orangtuanya.

Kereta malam membawanya ke timur, menuju kota yang menyimpan segala yang dirindukan hatinya.

Sesampainya di sana, angin sejuk menyambut saat ia tiba di Batu. Sebuah pertemuan yang diimpikan pun terwujud di sebuah taman rumah tradisonal yang besar dengan pemandangan gunung yang menjulang biru.


Namun kenyataan sering kali lebih rumit daripada mimpi.


Senja menyambutnya dengan tatapan curiga.
*"Apa yang membawamu jauh-jauh ke sini, Cahaya?"* suaranya lembut, tetapi berlapis pertanyaan.

*"Aku datang karena namamu telah menulis cerita di dadaku,"* jawab Cahaya perlahan, menatap matanya dengan jujur.

Senja terdiam. Ia sudah mendengar cerita dari kakaknya, tetapi ada sesuatu di sorot Cahaya yang membuatnya memilih mempercayai, meski ia tahu rencana hidupnya telah tertata.

*"Kamu tahu, bulan depan aku akan bertunangan,"* Senja berkata tanpa emosi, matanya menatap jauh ke cakrawala.

"Aku tahu dari  Mbak  Langit Pagi, tetapi hati tak memilih waktunya sendiri,"* Cahaya menjawab, suaranya nyaris berbisik.

Senja tertegun. Di bawah langit yang mulai temaram, ia justru mengajaknya berkeliling kota menggunakan skutik matiknya. Jalan-jalan itu, meski sederhana, membuat mereka terasa begitu dekat.


***

*Luka yang Menjadi Awal*

Saat senja pulang ke rumahnya, calon suaminya, Abidin yang diantar sopirnya, sudah menunggu dengan wajah murka. Ibunya telah memberi tahu bahwa Senja pergi bersama pria asing.


*"Kau ke mana saja, Senja?"* suara Abidin tajam.

*"Jalan-jalan. Itu urusanku,"* jawab Senja dingin.

Tanpa peringatan, Abidin menampar wajah Senja. Suara tamparan itu menggema seperti petir di langit senja. Ayah Senja, yang menyaksikan kejadian itu, bangkit dengan murka.

*"Belum jadi suami, kau sudah berani kasar! Batal saja lamaran ini! Aku tidak setuju!"* suara sang ayah menggelegar, memotong segala rencana yang sudah disusun rapi.

Kemudian, Abidin bertubi-tubi meninju Cahaya yang berdiri diam, membuatnya jatuh terjengkang. Kini ada merrah mengalir dari lobang hidung dan bibirnya.

Namun rasa sakit itu bukan akhir. Dalam kekacauan yang menyisakan luka, Senja dan Cahaya menemukan kejujuran hati yang sebelumnya tersembunyi.

Sejak saat itu, mereka saling merajut kisah yang ditulis oleh waktu dan doa, sebuah kisah yang bermula dari tatapan penuh makna---di saat senja, mengajarkan bahwa cinta sejati bisa hadir tanpa mengenal batas. Menghalau perjodohan antar para juragan.

Kesimpulan

Cerpen Senja di Mata Cahaya menggambarkan perjalanan cinta yang dimulai dari kesan sederhana hingga menjadi dorongan kuat untuk bertemu dan memahami makna kasih sayang yang sejati.

Pertemuan Cahaya Sentosa dengan Senja Binar Jingga, tidak hanya menjadi kisah tentang perasaan, tetapi juga pelajaran tentang kejujuran hati dan keberanian menghadapi kenyataan, termasuk konflik yang membawa pada perubahan besar dalam hidup.

Kekasaran yang dilakukan oleh Abidin membuka jalan bagi Senja untuk menyadari nilai cinta yang tulus dan hakikat perlindungan yang seharusnya diberikan oleh seorang pendamping hidup.

Saran

1. Pilih Pendamping Hidup dengan Bijak

Kekasaran dalam hubungan adalah tanda bahaya yang tidak boleh diabaikan.

Sebelum melanjutkan ke jenjang pernikahan, penting untuk melihat bagaimana pasangan memperlakukan Anda dalam situasi sulit.

Cinta sejati adalah yang memuliakan, bukan yang merendahkan.

Rasulullah SAW bersabda:
"Mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya, dan sebaik-baik kamu adalah yang paling baik terhadap istrinya." (HR. Tirmidzi).


2. Jangan Biarkan Emosi Menguasai Perilaku

Kekerasan fisik dalam hubungan adalah dosa yang besar. Kendalikan emosi dengan sabar dan bijak. Al-Qur'an mengingatkan:
"...dan tahanlah amarahmu, dan maafkanlah orang lain. Allah mencintai orang-orang yang berbuat kebaikan." (QS. Ali Imran: 134).


3. Berpegang Teguh pada Kejujuran dan Keadilan

Keputusan ayah Senja untuk membatalkan lamaran karena tindakan kekerasan adalah bentuk keadilan yang harus diutamakan dalam hubungan keluarga.

Cinta sejati tumbuh dari rasa hormat dan kebaikan. Allah SWT berfirman:
"...dan jika kamu memutuskan perkara di antara manusia, maka putuskanlah dengan adil..."_ (QS. An-Nisa: 58).



Dengan memilih pasangan yang menghormati dan melindungi, hubungan yang dibangun akan berlandaskan cinta dan kasih sayang yang diridhai Allah.

Jangan ragu untuk mengambil keputusan yang tepat demi kebaikan diri dan masa depan.

________
Pagedangan, BSD, Kab.Tangerang, Kamis, 16/01/2025 21:55:02

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun