...pesan motivasi, berbaju Cerpen
Cerpen Lucu  |  Langit: Tak Akan Ingkar Janji
DikToko
(Soetiyastoko)
Pagi itu, 31 Desember 2024, udara di luar masih pekat dingin. Pak Frenzy, lelaki berusia 68 tahun dengan rambut kribo yang sebagian besar sudah putih, baru saja selesai sholat Subuh. Namun, bukannya bersiap-siap untuk beraktivitas, ia kembali meluruskan badannya di atas kasur empuk di kamar yang hangat. Ini di luar kebiasaannya.
Rencana mencuci mobil, tak dilakukannya.
"Ibu, Ibu mau ikut tidur lagi? Atau malah sibuk nyapu?" tanyanya sambil menepuk tempat tidur di sebelahnya.
Bu Maryam, istrinya yang berusia 65 tahun, sudah menutup pintu kamar.
"Tidur lagi? Kan ada acara ceramah bagus di TV, Pak." Sambil menekan remote, ia duduk di sisi tempat tidur.
Televisi menyala, menampilkan seorang ustaz terkenalyang tak pernah terlihat serius, dia berbicara penuh semangat. Dengan banyak analogi lucu.
Judul ceramahnya terpampang besar di layar: "Allah akan meng-iyakan setiap yang disangkakan setiap umat-Nya."
Pak Frenzy mengerutkan kening. "Ibu, itu judulnya macam apa? Jadi, kalau aku sangka besok dapat duit satu miliar, Allah bakal iya-iya aja gitu?" Ia terkekeh kecil.
"Ya enggak begitu, Pak. Kan ada proses dan niat baik," balas Bu Maryam sambil merebahkan diri di sampingnya. "Dengar dulu, Pak, siapa tahu kamu tambah insaf."
Pak Frenzy berpura-pura terkejut. "Loh, ini maksudnya aku kurang insaf?"
"Yah, kan siapa tahu. Sekalian doa supaya cucu-cucu kita nggak kebanyakan main game. Kayalk Kakeknya"
Mereka tertawa kecil.
***
Setengah jam berlalu. Isi ceramah itu menyentuh hati Bu Maryam. Ia mencubit lengan suaminya. "Pak, ustaz bilang kalau kita yakin Allah akan kabulkan doa-doa kita, maka Allah akan mendekatkan hal itu. Tapi, tentu, harus ada usaha."
Pak Frenzy membuka sebelah mata. Bantal ditekuk, untuk meninggikan  posisi kepalanya, kini bisa lebih jelas melihat TV.
"Jadi, maksudnya, kalau aku yakin Ibu nggak akan masak sayur asem hari ini, itu bakal terkabul?"
Bu Maryam melotot. "Kamu sangka aku nggak masak karena malas?"
"Nggak, Bu. Aku sangka kamu bakal masak rendang! Yakin betul aku." Ia tertawa terbahak.
Bu Maryam melempar bantal ke arah suaminya, tetapi senyum di wajahnya tak hilang.
"Kalau kamu terlalu yakin, nanti malah harus masak sendiri, lho!"
***
Hari beranjak siang. Setelah ceramah selesai, Bu Maryam keluar kamar menyiapkan sarapan. Sementara Pak Frenzy sibuk mengaduk secangkir kopi di dapur.
"Ibu," katanya tiba-tiba, "Aku tadi dengar ustaz itu bilang, kalau seseorang terus berpikir positif, Allah akan menyesuaikan takdirnya sesuai prasangkanya. Menurutmu, prasangka kita ke anak-anak gimana?"
Bu Maryam menghentikan gerakannya, menatap ke luar jendela.
"Aku yakin mereka semua akan jadi orang baik, Pak. Meskipun hidup makin susah, insya Allah mereka nggak bakal lupa sholat, nggak bakal lupa sama orang tua."
Pak Frenzy mengangguk. "Aku juga yakin, Bu. Dan aku tambah yakin kalau kamu hari ini masak rendang."
Bu Maryam hanya mendelik.
***
Sepanjang hari itu pasangan enerjik ini dalam hatinya menunggu kedatangan anak-anak dan cucu mereka.
Kemarin sudah beli sekarung jagung muda dan sekarung nanas di Subang, setelah berlibur 2 hari  di Ciater.
Kini pegal-pegal ditubuh mereka mulai berkurang. Berduaan keliling luar kota, kegemaran mereka sejak muda. Bedanya kini menjalankan mobilnya tak secepat dulu. Mereka bergantian nyetir.
Malam harinya, menjelang pergantian tahun, mereka duduk bersama di teras rumah. Anak-cucu tak ada yang datang dan tak ada kabar.
"Anak-anak  rupanya sedang memberi kesempatan kita untuk berdua saja ... " ucap Bu Maryam. Sekilas muncul mimik kecewa muncul di wajahnya.
Langit penuh bintang, meski di kejauhan terdengar suara kembang api sesekali.
Rencana bakar jagung  urung.
"Pak, apa yang paling kamu doakan selama ini?" tanya Bu Maryam sambil menyeruput teh hangatnya.
Pak Frenzy terdiam sejenak. "Aku cuma mau Allah kasih kita umur panjang, biar bisa ngelihat cucu-cucu sampai mereka besar. Dan satu lagi..."
"Apa, Pak?"
"Biar kamu nggak pernah berhenti masak rendang. Karena itu bukti cinta yang nyata."
Mereka tertawa terbahak-bahak. Bu Maryam mencubit lengannya lagi.
"Pak Frenzy, kalau urusan rendang aja dibawa ke doa, gimana kita mau serius minta surga?"
Pak Frenzy mengusap lengannya. "Bu, rendang itu tanda surga kecil di bumi. Kamu masak, aku yang makan. Allah yang ngatur, kita syukur."
"Pak-Pak, belum tidur, kok sudah ngelindur !"
Dan mereka tertawa lagi, mengakhiri malam dengan menyenandungkan dzikir panjang, solawat dan doa bersama.
Awal 2025 Â penuh harapan, meski PPN dari 11% jadi 12%.
Maryam dan Frenzy yakin  janji Allah pasti memberi rejeki pada setiap makhluk yang diciptakan-Nya.
"Langit tak akan ingkar janji"  bisik  Maryam sambil hamparkan sajadah, di belakang Frenzy yang bersiap takbir.
Aamiin.
***
Kesimpulan:
Setiap manusia diminta untuk selalu berprasangka baik kepada Allah.
Prasangka yang positif akan memotivasi untuk berusaha lebih keras dan mendekatkan diri kepada Sang Pencipta.
Saran:
Perbanyak doa dan niat baik dalam setiap langkah hidup.
Sertai keyakinan dengan usaha dan tawakal.
Jangan lupa bersyukur atas segala nikmat, sekecil apa pun itu.
Hidup akan terasa lebih ringan ketika kita percaya bahwa Allah tak pernah ingkar janji.
***
Pagedangan, Selasa, 31/12/2024 13:02:23