DikToko
(Soetiyastoko)
Gus Miftah, seorang pendakwah kondang yang dikenal luas di Indonesia, kini menjadi sorotan publik.
Terjerembab oleh mulutnya sendiri.
Bukan trending karena ceramahnya yang menggugah, tetapi karena insiden yang melibatkan kata-kata kurang pantas. Ucapan terhadap seorang penjual teh yang tengah berjuang mencari nafkah.
Insiden ini terjadi saat Gus Miftah sedang memberikan kajian akbar, dan menurut video yang tersebar luas di media sosial, kehadiran penjual teh tersebut tampaknya mengganggu fokusnya.
Sayangnya, respon  yang dilontarkan  dianggap arogan dan tidak pantas.
Kini justru berbalik menyerangnya, membuat netizen marah dan menghujat  Sang Dai yang sebelumnya amat dihormati berbagai kalangan..
Sebagai seorang tokoh agama dengan pengikut yang besar, Gus Miftah memiliki tanggung jawab moral untuk menjaga tutur kata dan sikapnya.
Maka jadilah insiden ini sebagai pengingat kita semua, bahwa tidak ada manusia yang sempurna.
Popularitas dapat dengan cepat menjadi ujian berat, terutama jika tidak diimbangi dengan kebijaksanaan.
Kejadian ini mengingatkan kita pada peribahasa lama: *"Sepandai-pandai tupai melompat, suatu ketika akan jatuh juga."*
Popularitas yang sebelumnya menjadi kebanggaan, kini berubah menjadi beban ketika ia tersandung oleh ucapannya sendiri. Jadilah bulan-bulanan di media sosial dan televisi.
Reaksi Netizen dan Dampak Insiden
Netizen dengan cepat merespons video tersebut. Berbagai komentar bernada kecaman memenuhi media sosial, menyayangkan sikap Gus Miftah yang dianggap tidak mencerminkan seorang pendakwah yang seharusnya bersikap lembut dan penuh kasih sayang.
Insiden ini juga menjadi pelajaran penting bahwa tindakan yang dianggap sepele bisa memiliki dampak besar di era digital.
Apa pun yang terucap dapat langsung menyebar luas tanpa terkendali.
Namun, penting untuk diingat bahwa Gus Miftah, seperti halnya manusia lainnya, juga bisa khilaf.
Islam mengajarkan pentingnya memaafkan dan memberi kesempatan kepada siapa pun untuk memperbaiki kesalahannya.
Kesimpulan
Insiden ini adalah pelajaran berharga bahwa popularitas bisa menjadi ujian berat.
Seorang tokoh apapun, apalagi tokoh agama seperti Gus Miftah, dituntut untuk selalu menjaga sikap dan kata-kata, terutama di depan umum.
Ucapan yang tidak pantas tidak hanya mencoreng nama baik pribadi, tetapi juga merusak kepercayaan masyarakat terhadap diri figur tersebut.
Saran
1. Introspeksi dan Permohonan Maaf:
Gus Miftah dengan segera telah memberikan klarifikasi dan meminta maaf secara tulus kepada publik, terutama kepada penjual teh yang terlibat dalam insiden ini.
Sayangnya ekspresi wajah saat meminta maaf, di video yang beredar tak terlihat tulus. Terlihat ada keterpaksaan, terutama pada adegan Gus Miftah meletakan tangan di bahu penjual teh - yang- merunduk dan terkesan ketakutan. Itu komentar Netizen.
2. Menjaga Akhlak di Depan Umum:
Sebagai panutan, seorang pendakwah dan siapapun harus menunjukkan akhlak mulia dalam setiap kesempatan. Baik di panggung maupun di luar panggung.
3. Mengontrol Emosi: Ketika terganggu oleh suatu situasi, penting untuk tetap tenang dan tidak membiarkan emosi menguasai diri, sehingga ucapan yang keluar tetap terjaga.
4. Belajar dari Kesalahan:
Kejadian ini bisa menjadi momentum untuk belajar dan memperbaiki diri, bagi siapa saja.
Dalam hal ini Gus Miftah semoga dapat kembali menjadi sosok yang dihormati.
Jangan sampai kehilangan marwah diri dan rasa hormat dari umat, berkepanjangan. "Rusak susu sebelanga, akibat seteres liur onta!"
________
Pagedangan,  Kamis  04/12/2024 23:41:06
Kutipan Al-Qur'an
Allah SWT berfirman:
"Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik, dan bantahlah mereka dengan cara yang baik." (QS. An-Nahl: 125)
Ayat ini mengingatkan bahwa dakwah harus dilakukan dengan hikmah, kelembutan, dan kebaikan, bukan dengan kata-kata yang menyakiti hati orang lain. Semoga kejadian ini menjadi pelajaran bagi semua pihak untuk lebih bijak dalam berkata dan bertindak.
_______
Pagedangan, Kamis  04/12/2024 23:12:04