Puisi | Pelantang Surau
DikToko
(Soetiyastoko)
Kehidupan manusia
itu lengkap,
sempurna.
Sesuai lakon
yang
ditakdirkan-Nya
Tak hanya kemudahan kebahagiaan
pun
gelinjang kejang nikmat
Nyata-nya
Dia
sertakan pula
kesulitan - kepedihan
termasuk
duka - lara
Tak guna pongah
saat di puncak tinggi.
Tak guna raungkan tangis berkepanjangan
merana,
putus asa
saat terlindas derita
Tiada faedah isakan ratap
ketika
fakta capaian
tak sesuai harapan
Gelincir
di palung gelap
terdalam.
Buatlah jejak ringan dihari-harimu
usah berlebihan.
Gelagapan mabuk kepayang
Kendalikan emosi-mu,
cukup
dengan
Ikhlas dan sabar
Jika kau tak meletup-letup,
saat
bahagia atau duka,
maka
kisah-mu
akan baik-baik saja,
tanpa
ironi
drama dan tragedi, ...
Lamat-lamat kudengar doa bangun tidur diucapkan lewat pelantang surau
(Guru-ku pesan, jangan buat keputusan saat emosi-mu tergolak senang - sedih atau marah. Di saat seperti itu akal-mu sedang sembunyi di semak hitam)
Kuulangi lagi kalimat-kalimat afirmasi itu di depan cermin
meja rias pengantinku.
-----------
Pagedangan, Kamis 09/11/2023 03:29:46