DikToko
(Soetiyastoko)
Lestari, seorang dokter spesialis yang terbiasa dengan kesibukan dunia medis, awalnya tidak terlalu percaya bahwa pujian sederhana bisa membawa dampak luar biasa. "Membuat orang ceria itu mudah," kata seorang rekan kerja di sela-sela kongres kedokteran.
"Cukup dengan menyapa dan memberikan pujian."
Lestari hanya mengangkat bahu waktu itu, mungkin karena kesehariannya yang selalu dipenuhi oleh pasien-pasien dengan keluhan fisik, ia merasa tak banyak ruang untuk hal-hal seperti pujian.
Lestari  tiba-tiba teringat tulisan besar di POM BBM, "3S, senyum, sapa, salam" , diwajibkan kepada para karyawan, harus dijalankan saat bertemu pembeli.
Dia coba membayangkannya , "Mereka patuh melakukannya, Â tapi tanpa keikhlasan hati. Jadi terkesan datar, terpaksa. Tak melibatkan hati, ..." begitu kesan Lestari.
Ada yang keliru saat pembekalan dalam pelatihan pelayanan kepada customer.
***
Saat jadwal Kongres masuk ke acara isoma, istirahat makan siang di hotel di Bandung, utara itu, Lestari mulai merasa penasaran. "Kenapa tidak kucoba melakukannya dengan tulus?" pikirnya.
Ketika itu, seorang pelayan hotel tengah sibuk melayani tamu dengan raut wajah kelelahan. Lestari yang duduk di dekat meja prasmanan, memandang sang pelayan yang -sepertinya- sudah bekerja non-stop sejak pagi.
Tanpa pikir panjang, Lestari berkata, "Bapak hebat, tetap sigap meski sudah lelah ya. Terima kasih ya, pelayanannya luar biasa."
Sontak, wajah pelayan yang tadi kusam berubah cerah. "Terima kasih, Bu," katanya, sembari tersenyum lebar.
Reaksi itu mengejutkan Lestari. Benarkah pujian sesederhana itu bisa memberi dampak sebesar ini?
Sukses dengan eksperimen pertamanya, Lestari merasa terdorong untuk terus mencoba.
Selepas kongres, dia yang hari itu sengaja tidak naik mobil seperti biasanya. Berencana melanjutkan pembuktian hipotesa pujian.
Kemacetan kota Bandung yang sering membuat setiap pelintasnya stres, meski berada di dalam mobil ber-AC. Adalah situasi tidak normal , yang akhirnya dianggap biasa.
Kali ini, Lestari yang memilih naik ojek online, berniat melanjutkan percobaannya, dari atas boncengan sepeda motor Mamang Ojek.
Di perjalanan, lampu merah menyala  , pas di persimpangan jalan Dago. Membuat mere
ka harus berhenti sejenak.
Di sebelahnya, ada sepasang remaja yang tampak  cemberut tanpa helm berboncengan di motor. Mereka tampak seperti sedang saling marah, di tengah lalu lintas padat dan cuaca cukup panas.
Lestari, yang merasa masih dalam mode eksperimen, menengok ke arah mereka dan berkata, "Wah, serasi banget kalian berdua, kayak pasangan yang selalu bahagia."
Si ganteng pengemudi motor menoleh dan, meskipun awalnya cemberut - terkejut, dia tersenyum lebar. "Makasih, Bu!" katanya, sementara gadis di belakangnya tampak tersipu malu, tapi bahagia.
Lampu hijau menyala, dan mereka melaju dengan lebih semangat. Lestari tersenyum sendiri. "Ternyata benar," gumamnya. "Pujian itu seperti sihir."
Tak jauh dari situ, seorang polisi lalu lintas berdiri tegap di tengah keramaian, mengatur arus kendaraan yang sibuk. Meski Bandung sedang macet, wajah sang polisi tetap tenang, berusaha menjaga lalu lintas agar tertib. Ojek yang dinaiki Lestari mendekat kearah polisi itu, dan tanpa ragu berkata,
"Pak Polisi hebat ya, bisa tetap tenang di tengah kemacetan. Terima kasih sudah membuat jalanan lebih aman."
Polisi itu sempat terkejut, mungkin tak terbiasa mendengar pujian di tengah tugasnya.
Seketika mimik wajahnya berubah, ia tersenyum hangat dan membalas dengan anggukan.
"Terima kasih, Bu. Semoga perjalanan Ibu lancar," katanya.
Lestari semakin yakin bahwa kekuatan pujian yang wajar, memang nyata.
Selanjutnya, Lestari ojek belok dan berhenti di sebuah pom bensin di Jalan Riau.
Petugas yang sedang mengisi bensin tampak lelah, setelah melayani banyak kendaraan sepanjang hari.
Kali ini, tanpa berpikir panjang, Lestari berkata, "Bapak cepat sekali dan ramah sekali melayaninya. Luar biasa!"
Petugas itu tampak terkejut, lalu senyum lebar menghiasi wajahnya yang berminyak penuh keringat.
"Wah, terima kasih banyak, Bu," jawabnya dengan semangat baru. Lestari tertawa kecil. "Hebat juga efeknya," pikirnya lagi.
Sesampainya di kompleks perumahannya, saat ojek yang ditumpangi Lestari melewati pos satpam yang berjaga di depan gerbang. Dia berniat menyapa.
Biasanya, ia hanya melewati pos itu tanpa menyapa  tanpa senyum. Namun, sore ini,  terdorong untuk melanjutkan eksperimen pujiannya.
Sang satpam, seorang pria paruh baya -katanya- Â pensiunan pasukan komando. Dia selalu tampak tegas dan serius, berdiri di depan pos dengan wajah tenang.
Saat laju ojek Lestari mendekatinya, dia pun berkata, "Pak Satpam, luar biasa ya, selalu siap jaga. Terima kasih sudah menjaga lingkungan kita dengan baik."
Si satpam yang biasanya tak banyak bicara, tersenyum lebar dan mengangguk.
"Sama-sama, Bu. Ibu juga hati-hati ya."
Lestari semakin takjub dengan hasil eksperimennya.
Pujian-pujian sederhana ini benar-benar membawa kebahagiaan kecil yang mungkin sebelumnya tak ia duga.
Tapi eksperimennya belum selesai. Setibanya di rumah, ia masih ingat satu orang lagi yang ingin ia puji---pembantu rumah tangganya, Mbok Sri. Mbok Sri sudah bekerja cukup lama di rumah Lestari, namun dia terkenal pendiam dan jarang sekali tersenyum. Meski begitu, pekerjaannya selalu rapi dan tepat waktu.
Lestari mendekati Mbok Sri yang sedang membersihkan dapur, dan dengan nada tulus ia berkata, "Mbok Sri, terima kasih ya. Rumah jadi rapi dan nyaman karena Mbak. Hebat sekali Mbak selalu teliti." Mbok Sri, yang biasanya tak menanggapi banyak percakapan, menoleh perlahan dan tersenyum. Itu mungkin senyum pertama yang pernah Lestari lihat bulan itu dari Mbok Sri. "Terima kasih, Bu," jawab Mbok Sri singkat, tapi penuh makna.
Lestari tersenyum puas. Ternyata, kebaikan bisa disebarkan dengan hal yang sangat sederhana, tanpa dan hasilnya luar biasa.
*Kesimpulan*:
Lestari akhirnya menyadari bahwa menyebarkan kebaikan, melalui pujian sederhana bisa menjadi hal yang sangat efektif.
Dari pengalaman - pengalaman kecilnya di jalanan, di hotel, hingga di rumah, dia melihat betapa besar dampaknya pujian, pada orang-orang yang mungkin sebelumnya tak pernah ia kenal atau perhatikan.
Pujian tulus dan tak berlebihan, adalah salah satu bentuk kebaikan yang tidak hanya membuat orang lain merasa dihargai, tetapi juga membawa kebahagiaan pada diri sendiri.
*Saran* :
Sebagaimana firman Allah SWT dalam Al-Qur'an:
"Dan katakanlah kepada hamba-hamba-Ku: hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang lebih baik (benar)." (QS. Al-Isra: 53)
Mari kita berusaha untuk selalu berkata baik dan menyebarkan kebaikan melalui pujian. Satu kata pujian bisa memberikan pengaruh besar pada suasana hati seseorang, bahkan pada orang yang sama sekali tidak kita kenal.
Semoga dengan pujian dan kebaikan, kita bisa menciptakan lebih banyak senyum di dunia ini, tak peduli seberapa kecil atau sederhananya pujian itu.
Kini "3S" yang terpampang di POM BBM, Lestari niatkan akan selalu dilakukannya, ditambah "PT". Pujian Tulus.
Tamat
---------------
Pagedangan, Rabu, 09/10/2024 22:36:39