Mohon tunggu...
KOMENTAR
Fiksiana

Cerpen | Mimpikan Hidup Mapan Dengan Bule Papan Atas

1 September 2024   12:12 Diperbarui: 1 September 2024   21:48 51 1
Cerpen  |  Mimpikan Hidup Mapan Dengan Bule Papan Atas

DikToko
(Soetiyastoko
)

Malam itu, di sebuah kafe syahdu nan romantis terdengar suara saxophone yang merajai bunyi alat-alat musik yang dimainkan para pemusik kurus-kurus dan beruban.

Lokasinya di sudut  Jakarta Selatan, di daerah yang banyak kaum pendatangnya. Para Ekspatriat dari negeri para bule. Umumnya profesional papan atas, berpendapat di atas rata-rata.

Kafe itu, adalah lokasi para bule menghilangkan penat dan stres setelah seharian bekerja, nyaris tanpa jeda.


Citra duduk dengan gelisah sambil menyeruput kopinya. Di depannya, Gita, sahabatnya, sedang asyik membicarakan rencana masa depannya yang penuh harapan. Gita selalu memiliki impian yang sama sejak mereka kuliah: menikah dengan bule kaya raya dan hidup bahagia di luar negeri.

"Mbak Citra, pokoknya gue udah mantap. Gue mau cari bule yang kaya, biar hidup gue enak. Capek gue sama cowok-cowok lokal yang gitu-gitu aja," ucap Gita dengan penuh semangat, matanya berbinar-binar.

Citra menatap Gita sejenak sebelum akhirnya menjawab, "Git, loo yakin dengan rencana lo? Apa lo udah siap dengan segala konsekuensinya?"

Gita mengernyitkan dahinya. "Apaan lagi, sih, Mbak Cit? Ya siap lah! Emang kenapa? Lo gak pengen punya suami bule yang kaya? Gak perlu kerja keras, tinggal leyeh-leyeh aja. Hidup nyaman di luar negeri."

Citra tersenyum tipis, memandang sahabat yang juga adik kelasnya itu, yang seakan hidup dalam mimpi. Ia lalu menghela napas panjang.

"Gita, hidup gak sesederhana itu. Bule juga manusia, mereka punya otak, punya hati, punya kebutuhan lebih dari sekedar bodi bak gitar atau berwajah cantik  seperti dirimu. Mereka punya kebutuhan intelektualitas yang tinggi, lo tau itu ?"

Gita terdiam, sedikit bingung dengan ucapan Citra. "Maksud loo ?"

"Gini, Git. Di luar negeri, di negara maju, sebut saja profesi seperti 'Escorter' itu sangat dihormati. Tapi bukan sembarang orang yang bisa jadi 'Escorter'. Mereka itu pintar, punya pendidikan tinggi, bisa berbicara beberapa bahasa asing, dan punya wawasan yang luas. Mereka bisa diajak ngobrol apa saja, dari seni sampai politik. Mereka bukan cuma sekedar body semlohay yang bikin mata laki melotot, tapi punya kualitas yang tinggi," jelas Citra dengan serius.

Bola mata Gita melirik ke arah kiri atas, mencoba memahami penjelasan Mbak Citra.

"Mbak Cit, Ladies  Escoter itu profesi apa sih ? Apakah seperti PSK terselubung yang pelanggannya Politisi, Pejabat dan Pebisnis papan atas, seperti di sini ?"

Citra terdiam sejenak saat Gita usai bertanya. Tiba-tiba ingat bisik-bisik gosip dibelakangnya yang sampai ketelinganya. Dirinya dituding merangkap profesi seperti itu, selain jadi Sekretaris Direktur.

"Gita , Gita, ... Masak, loo belum paham. Profesi 'Escorter' biasanya mengacu pada seseorang yang menemani atau mengawal individu lain, sering kali dalam konteks sosial atau pribadi.
Seperti menghadiri acara, makan malam, atau pertemuan bisnis.

Pekerjaan ini memang tidak terkait dengan jasa administratif atau pelayanan terselubung.

Sebaliknya, peran utama seorang Escorter adalah memberikan pendampingan, kenyamanan, dan kadang-kadang percakapan yang menyenangkan kepada klien mereka. Semacam Coach atau layanan Psikologis, seperti Curhat, misalnya.

Namun, penting untuk Gita ketahui bahwa istilah "Escorter" bisa saja memiliki konotasi yang berbeda tergantung pada konteksnya. Termasuk di beberapa situasi yang mungkin lebih kontroversial atau tidak sesuai dengan norma-norma tertentu. Tetapi secara umum, Escorter tidak termasuk dalam jasa administratif ataupun pelayanan khusus yang tersembunyi.


Gita terdiam, mendengarkan penjelasan Citra yang membuatnya berpikir lebih dalam. 

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun