Mohon tunggu...
KOMENTAR
Cerpen Pilihan

Cerpen | Kalimat-Kalimat Ayah

2 Oktober 2023   21:11 Diperbarui: 2 Oktober 2023   21:15 100 3
Cerpen  |  Kalimat-Kalimat Ayah

Soetiyastoko

Sungguh, di jelang senja itu beda dengan biasanya, aku tak ingin berdebat dengannya. Kalimat-kalimat ayah kuresapi
Mata-nya mencari keraguan di wajah-ku, di gerak tubuh-ku dan di cara duduk-ku.

Telapak tangannya yang kurus-keriput genggam erat tangan-ku
Dia lanjutkan kalimat-nya,
"Segala sesuatu selain Allah itu hanya permainan bekaka dan itu bersifat penipuan. Mengecoh koridor hidup yang ditetapkan-Nya"

Genggaman tangan-nya terasa dikendurkan. Ku-usap keringat di dahi-nya.

"Abang, anak-ku, ada orang yang tak percaya, ... Ada orang yang saleh, yaitu yang mengembara,
menuju ridho-Nya, berkehendak hanya kepada Allah
Mereka telah mendapat petunjuk, dengan cahaya-penerang kalbu" , nafas-nya terdengar teratur.

"Mereka ber-ibadah, ikuti yang diperintahkan-Nya" ,  ayah terdiam beberapa saat, matanya seperti mencari sesuatu di langit-langit kamar.

"Semua itu, merupakan amalan
untuk bergegas, taqarrub  -mendekat kepada Allah, kamu tahu yang seperti itu 'kan, Bang, ... ?" , kalimat pertanyaan yang tak butuh kujawab. Kuperbaiki posisi bantalnya, dari gerak tubuhnya ayah yang terlentang, ingin memiringkan badannya. Kubantu, telapak tangan kiri-ku kurekatkan ke punggungnya. Kutarik pelan-pelan, hingga menghadap ke kiri. Ke-arah-ku duduk.

"Bang, pindahkan gulingnya ke-sela dengkul ayah, ..." , kuturuti perintahnya, ... Tangannya kembali menggenggam tanganku.

" Bang, ... tak banyak yang beruntung punya determinasi kuat terhadap tujuan hidupnya, ... Sibuk urusan kekuasaan dan harta, mereka merasa sudah di jalan yang benar, ... Sedang orang-orang yang benar-benar telah sampai, di haribaan Allah, ..." , nafasnya tersengal setelah terbatuk, .... Lalu diteruskan :

"Mereka ditarik oleh nur-cahaya petunjuk, yang langsung dari Allah, ..." , kuusap lagi keringat di dahi ayah. Terlihat kernyit seperti menyembunyikan rasa sakit.

"Bang, bang, ... yang seperti itu; bukan-lah sebagai hasil ibadah, tetapi
semata-mata karunia
dan rahmat Allah". Kali ini ada mutiara cair di sudut matanya.

"Bang, ... Maka orang-orang saleh yang sedang berusaha menuju ke alam nur, ...
Mereka terus berjuang dan memohon agar bisa tetap lurus menggapai ridho Allah" , aku hanya bisa mengangguk, mengiyakan. Dalam hatiku, aku terus berdzikir untuk kebaikan ayah-ku.

"Sedangkan
yang telah sampai
di haribaan-Nya, ...", nafasnya tertahan, ....

"Bang, mereka adalah orang-orang yang sungguh beruntung. Mereka berkecimpung
di dalam telaga cahaya petunjuk, ..."

Kupandangi wajah ayah, kepalanya disangga dua bantal, di atas satu guling

Beliau berhenti bicara, matanya menyapu sudut-sudut kamar. Dihelanya empat kali nafas panjang, dihembuskan pelan-pelan. Seperti sedang mengingat-ingat sesuatu, ...

Lalu mulai berkata lagi,

"Sebab orang yang keyakinan-nya telah sampai di haribaan Allah itu, ... Mereka telah bersih darisegala sesuatu selain Allah, ... Ayah masih jauh dari keadaan itu, ...." , matanya mencari sesuatu di mata-ku.

"Bang, .... didiklah anak-anak-mu, jadikan manusia yang soleh, ... Syukur bila semua jadi penghafal dan pelaksana firman-Nya, ...". Matanya pelan-pelan terpejam dan terdengar seperti ter-isak, menangis.

Aku jadi ingat kalimat ayah beberapa minggu yang lalu, saat kami bicara di teras depan, usai beliau memotong rumput dan menambahkan pupuk kandang di pot-pot bunga, kesayangan ibu-ku.

Kukira itu sebagian cara ayah, untuk menyenangkan hati ibu.

Kalimat-nya seperti ini,

"Hakikat kedalaman tauhid seseorang, adalah, bila telah tidak melihat pengaruh-pengaruh sesuatu, ...
Selain Allah, ..."

Ayah menengok ke arah-ku saat mengatakan,

"Dan itulah yang disebut tingkatan haqqul-yaqin, ..."

Beliau diam, tangannya dibersihkan di bawah kucuran air kran di sudut taman. Wajah terlihat ceria dan bersemangat. 3 tahun terakhir ini ayah lebih suka bicara tauhid, keyakinan terhadap Allah. Sekali-kali masih dimainkannya biola Stradivarius, warisan dari eyangnya. Eyang-buyut-ku.

Ayahnya sahabat-ku pernah berkata, kesenangan orangtua itu "Ditanggap-disimak saat bicara, kurang suka disanggah, ..." .

Dengarkan saja dengan penuh perhatian. Itu salah satu cara menghibur-nya. Kesenangan yang tidak bisa kau belikan di toko apapun.

Meski  yang diucapkannya, sudah kau dengar berkali-kali.

Begitulah orangtua, ...

Aku tertegun sejenak. Suara bicara ayah terdengar. Namun aku tak menyimak, apa yang beliau ucapkan tadi.

Mulai lagi konsentrasi, mengikuti yang disampaikan ayah-ku, ...

"Janganlah menganggap ada sesuatu selain Allah yang dapat kau harap, atau kau takutkan, yaa Bang, ..."

Posisi bantal ayah-ku sudah berubah. Beliau terlihat tidak nyaman, kucoba susun ulang yang menopang punggung dan kepala-nya.

Selimut kukembalikan keadaannya. Bagian kaki yang tersingkap, kututupkan. Telapak kaki pucat dan dingin itu, kini tak terlihat.

Diraihnya lagi tanganku, seolah minta kuperhatikan. Beliau mulai berkata-kata lagi.

"Ingat-lah Abang-anak-ku,
hanya Dia
yang
sungguh-sungguh berkuasa, ..."

Ayah menghirup udara pelan-pelan. Matanya menyelidik mata-ku.
Sejenak kemudian kucium dahinya, pipinya, ....

"Bang, minta-lah hanya pada Allah, jangan pada yang lain. Termasuk tidak berharap pada pemilik perusahaan yang kau pimpin......
Karena, semua harapan
yang ditujukan
kepada sesuatu
selain Allah
adalah
syirik,
baik yang nampak jelas
ataupun
yang samar-samar, ..."

Kalimat-kalimat ayah, selalu terdengar formal dan puitis.

"Abang, ingat-ingat-lah, berharap, kepada yang besar ataupun yang kecil selain Allah,
dalam pengertian syirik
hampir tiada berbeda. ... Pastikan anak-istrimu meyakini hal itu. Pastikan anak-anak dengan sukarela selalu mendoakanmu, ..."

Ayah tersenyum usai mengucapkan kalimat itu. Lalu ber-tahlil dan matanya pun terkatup selamanya.

Kepala dan tubuh ayah kuturunkan dari bantal dan guling penyangganya, tangannya dalam posisi sedakep. Mulai memucat, namun senyumnya tetap mengembang.

Tak ada saputangan ataupun tisu, yang bisa dibasahi airmata-ku.

***

BSD, Senin 2 September 2023, diantara waktu luang dari mengasuh dan bermain dengan cucu-cucuku. Ketika anak & mantu  berjuang, meneruskan estafet kehidupan ....
Yaa Allah, jadikan mereka orang soleh-solehah. Aamiin Yaa Allah, aamiin, ....

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun