Soetiyastoko
Senyum, bagi sebagian orang adalah mudah dan terbiasa. Namun bagi sebagian lainnya merupakan beban yang berat untuk melakukannya.
Mereka cenderung berekspresi datar, "poker face" - wajah pemain judi. Â Sulit ditebak.
Ada yang lebih parah, ekspresi wajahnya selalu cemberut, terkesan sedih bahkan marah. Sudut bibir melengkung tajam ke bawah. Tampak seperti menghina dan siap bermusuhan.
Pernahkah berjumpa dengan orang yang seperti itu ? Bagaimana perasaan kita jika harus berinteraksi dengan moakhluk yang seperti itu ? Tidak nyaman dan kalau bisa, kita hindari saja-kah ?
Apapun profesinya, senyum ramah tamah adalah pendukung sukses. Relasi sosial adalah bagian penting dari kehidupan, tak ada manusia yang sama sekali bisa hidup tanpa berinteraksi dengan sesama-nya.
Dalam sudut pandang kemampuan mengelola hubungan antar manusia, "senyum" adalah perangkat penting pergaulan. Pembuka silaturahmi, pewujud rasa ceria: wajah sumringah penuh semangat. Senyum pun berpengaruh pada nada suara saat berbicara. Begitu pula suasana hati yang ceria, berhubungan dengan "kualitas" senyum yang dikembangkan.
Senyum, termasuk pembuka pintu rejeki. Selain bernilai sedekah, berpahala. Bahkan gratis, hanya perlu kerelaan hati. Tulus.
Perusahaan-perusahaan hebat, menetapkan prosedur standar operasional (SOP) "Senyum, Salam, Sapa" bagi karyawannya. Terlebih bagi mereka yang harus berinteraksi dengan pihak lain, terutama konsumen.
Ha ! Ada yang protes, "Kecuali profesi yang tak perlu  banyak berinteraksi dengan pihak lain. Tak perlu ramah-ramah amat !", masak, sih ?!
Adakah diantara pembaca yang sepakat dengan pernyataan di atas ?
Yaa, bagaimana pun pasangan kita, anak kita, saudara kita, tetangga kita, teman kita akan lebih nyaman dengan diri kita, bila ekspresi wajah kita ramah dan bersahabat murah senyum.
Lalu bagaimana memperbaiki pola ekspresi wajah yang terlanjur bertahun-tahun tidak bersahabat.
Pertama, harus merubah cara berpikir dan meyakini bahwa ekspresi wajah adalah unsur penting dalam interaksi antar individu. Bahkan bisa jadi salah satu faktor pendukung sukses.
Kedua, bayangkan jika kita  ditugaskan menyeleksi karyawan baru. Saat pilihan sudah mengerucut dan sama-sama hebat, tentu kita akan memilih yang nice dan friendly. Tidak akan memilih yang ekspresinya judes apalagi terlihat bengis. Menakutkan.
Ok, lalu bagaimana membiasakan senyum atau memperindah senyum. Perlu disiplin berlatih dan membiasakan diri lebih berekspresi ramah.
Dengan cara tersenyum seindah mungkin sesaat setelah bangun tidur dan menjelang tidur. Perhatikan dengan baik wajah saat senyum di depan cermin. Lakukan setiap hari.
Konon reprograming diri di bidang apapun harus dilakukan berurutan setiap hari, minimal 23 hari. Tidak boleh terputus. Jika terputus, harus diulangi dari awal.
Mirip saat kita memasang aplikasi di komputer. Proses instalasi "program senyum" harus tuntas.
Ini salah satu ilmu-cara, menyiapkan diri senyum seindah mungkin untuk mendatangkan/membuka pintu rejeki.