Soetiyastoko
Aku tak tahu lagi
kalimat-kalimat
hujatan untuk-ku
Terlalu banyak mulut
yang
bersuara
Berisik riuh nan keji
menjadi bising
tak teruraikan
Niat-ku baik
meski cara-ku
salah
Tapi,
mereka bilang
aku sampah
Yaa sudah, ...
aku tak cukup tenaga
untuk menjelaskan
Aku selimut kehangatan
esok pagi-nya
di-campakan
Mereka tak tahu
aku peredam panas
kongres-kongres politik
Mereka tak mengerti
peran-ku
persatukan para hebat
Rela tertib antri
menunggu-ku
primadona malam
Mereka tak peduli
korban
ketidak berdayaan
Bersolek di setiap senja
parfum lembut
dan antibiotika
Aku tahu harus berhenti,
tapi
kapan ?
(Paling tidak, tak lagi jadi eceran. Minimal simpanan, istri siri. Maksimal permaisuri, karena sudah ada contohnya)
Aah, mereka ejekku
lagi
"kentut-nya wangi", kata-nya
(Obrolan saru saat sarapan pagi di venue kongres para hebat. Cekikikan mesum, sudah lupa kemarin debat panjang-saling serang !)
Aku berjalan tegak,
sepiring nasi goreng bintang lima
di tanganku.
***
Bumi Puspita Asri, Pagedangan, Jumat 30/09/2022 03:21:27