Dikau,
jadi dikau-ku, ...
Duhai dikau,
aku tak bermaksud
lancang,
berkata vulgar
Ijin-kan-lah.
lava-rasa-ku
meleleh lembut, hangat
pelan-pelan
(Kini, terasa berat-nya menahan beban-tekan-harap. Ku-takut meletus dan terburai)
Sekali lagi,
jangan pergi
Jadi-lah dikau:
dikau-ku
(Aku tak berani lancang merayu, sebelum akad di depan Penghulu)
Hening dan sepi hanya berakhir,
bila
dikau angguk
setuju.
***
Tanda kenangan puluhan tahun lalu, membuatkan konsep surat-surat cinta-ranum, untuk teman-teman masa remaja-ku.
Adakah yang masih menyimpan-nya ?
Ingin kujadikan buku ! Berjudul, "Himpunan Surat Cinta Hijau Tosca Murid SmanSa Bogor 1972 - 1974"