Mohon tunggu...
KOMENTAR
Diary

Diary | JNE, Kap Lampu dan Designer yang Dipecat

31 Januari 2022   08:40 Diperbarui: 31 Januari 2022   09:21 147 1
Diary  |  JNE, Kap Lampu dan Disigner yang Dipecat

Soetiyastoko


Aku tidak bisa ngomong apa-apa, selain mengucapkan terima kasih. "Sang Maha Pengasih, berkenan mengulurkan tanganNya lewat tangan saya. Sebenarnya saya tidak membantu apa-apa, ..." ujarnya, tanpa bermaksud merendahkan diri, apalagi sombong.

Selalu kuucapkan "Demi Dikau Yang Maha Pengasih dan Penyayang, ..." berkali-kali. Entah berapa ribu atau juta kali. Kalimat itu telah membuka pintu rejeki, jalan rahmat dan ridhoNya.

Paling itulah yang kulakukan . Syariat dan ikhtiar yang kutempuh. Selain berkutat, tekuni pekerjaanku.

Sebagai designer perusahaan yang telah bertahun-tahun. Aku tersentak, ketika diminta mengundurkan diri.

Permintaan yang membungkus pemecatan itu, kuterima tanpa upaya mempertanyakannya. Sama sekali tidak kudebat. Aku tidak mempertanyakan hak-hak ku sebagai karyawan. Sesuai peraturan pemerintah

Petugas HRD, yang kubantu mencarikan kos-kosan itu, yang ditugaskan menyampaikan pemecatanku.
Dia tampak rikuh, tapi tetap diucapkan perintah menejemen.

Mungkin, hal itulah yang membuatku bersikap sabar, menerima keputusan. Langsung kujawab, baik, saya terima.

Seusai pertemuan empat mata, aku mengajaknya makan siang bareng di Warteg belakang kantor. Perumahan padat dan sempit yang selalu ramai suara anak-anak.

Anak muda itu masih kikuk, setelah percakapan serius yang membuatnya tegang. Kurangkul pundaknya, dia tak menolak.

"Tadi itu, bagian dari pekerjaan, yang memang harus dikerjakan.... Sudah bereskan ?" , kataku.

Menuruni gedung, setelah antri di depan Lift, kami bersisian. Sepanjang jalan menuju warung langganan kami. Dia hanya diam, tak seperti biasanya, banyak tanya dan cerita.

Dia duduk di depanku, aku masih mengunyah suapan terakhir, sesendok nasi dan sepotong tempe.

Diraihnya tanganku, "Pak Harno, maafkan saya, yaa, ..." Aku tersenyum dan mengangguk.

Sore itu adalah sore terakhirku dikantor. Daftar file hasil kerjaku bulan ini, sudah kuprint. Design terakhir tugasku sudah disetujui.

Kusalami satu-satu rekan kerja sekantor, dari yang sering kontak karena pekerjaan, sampai yang tidak pernah ngobrol. Hanya saling sapa saja.

Salaman-salaman seperti itu biasa dilakukan, bila ada orang mengundurkan diri atau diundurkan. Juga pada saat orang baru diterima, baru akan bekerja dikantor megah 7 lantai itu. Bedanya, orang baru didampingi orang HRD.

***

Hari senin, hari pertama tidak bekerja dikantor. Ada sesuatu yang terasa beda. Sebagai orang yang dipecat, karena volume pekerjaan dikantor turun karena pandemi. Selain satu-satunya senior yang sudah bekerja 17 tahun dibagian design, gajiku pasti jauh lebih tinggi dibanding tim ku yang umumnya baru 2 sampai 3 tahun kerja. Mereka kontrak kerja.

Jadi mengeluarkanku, adalah bagian dari efisiensi total upah, bagian desaign yang ku-ordinir.

***

Aku tidak boleh menyerah, tapi apa yang harus kukerjakan ?.

Tiba-tiba aku ingat, permintaan anak perempuanku dulu, membantu memasangkan peralatan listrik, di kap lampu hias yang dibuatnya. Pralon bekas yang diukir dan dilobangi, dalam bentuk gambar unik.

Kelihatan bagus dan indah, saat lampu dinyalakan, muncul berkas-berkas cahaya. Berbentuk indah.

***

Kutekuni, pembuatan  kap lampu unik, itu. Kupasarkan lewat media online.

Teman-teman eks-kantorku, adalah kelompok pembeli pertama. Terutama bekas anggota tim designer.

Semua kap lampu dari pralon yang kubuat, laku lewat penjualan online. Bersyukur hasilnya sudah melebihi gajiku saat masih kerja.

Anak-anakku, membantu mengemas. Bahkan anak perempuanku membantu produksi.

Jumlah paket kap lampu yang harus kami kirim makin meningkat. Repot juga mengantarkannya ke konter Ekspedisi.

***

Istri-ku, sering ketemu-an dengan teman-teman SMA-nya. Hiburan, katanya. Selain tidak bisa menolak ajakan kawan-kawan yang hampir selalu menjemput di rumah kami.

Melihat kesibukan kami membungkus paket-paket itu, mereka tertarik untuk memiliki. Ada yang ingin dibuatkan kap lampu, sekaligus berfungsi sebagai penda nomer rumah.

Wah ! Hebat ! Kami jadi punya model baru.

***

Bungkus-bungkus paket itu, dimasukan kedalam mobil teman istriku. Bukan kemobilku. Akan dibantu membawanya ke konter jasa ekspedisi. Sekalian jalan, kata teman istriku.

"Herlin, lumayan besar ongkos kirim yang kamu bayar. Paket-paketmu itu dihitung volume, ... Aku baru tahu, bahwa ada barang yang ongkos kirimnya, ditentukan dari volume. Bukan beratnya ..."

"Iyaa, ... biasanya ditentukan mana yang lebih mahal, hitungan tarif berdasarkan bobot atau volume, ..."

"Herlin, kenapa 'gak buka agen ekpedisi saja, kiriman paketmu banyak, lho ... Jadi lebih efisien, waktu dan uang bensin dan parkir". Celetuk Emmy yang dari tadi diam saja.

"Tapi biaya buka agen ekpedisi, pasti lumayan biayanya, belum biaya sewa tempat dan listrik, ..." jawab istriku yang cantik.

"Nanti, kutanya Rudi, katanya dia buka agen di Denpasar. Hasilnya pasti lumayan. Buktinya dia naik pesawat, setiap kali ada reuni angkatan, ..."

***

Bea, kawan istriku berinisiatif mengurus pembukaan agen JNE, Rummy dan Sherly, membantu menyiapkan ruang dan perlengkapan konter dihalaman rumahku. Entah dari mana dia dapatkan 5 orang tukang itu.

Istriku, sebenarnya sudah menolak, tetapi teman-temannya itu bersikukuh membantu.

Mereka bilang, "Kalau kamu merasa nggak enak, nanti saja kalau rejeki-mu berlebih, silahkan kamu kembalikan. Sekarang, tolonglah kami berjariah lewat kamu, ..."

***

Kurang dari seminggu, konter agen JNE, sudah beroperasi. Paket-paket pertama adalah produkku sendiri.

Aku berkonsentrasi pada produksi, keagenan JNE dikerjakan sendiri oleh istriku.

Beberapa waktu kemudian kami mulai mampu membayar pegawai. Tadi pagi istriku merekrut 1 orang. Kini pegawai kami sudah 7 orang dengan gaji standar Upah minimum regional.

Usaha kami bertumbuh menjadi UMKM.

Alhamdulillah, sekarang keuangan keluargaku jauh lebih baik. Dibanding saat kerja dikantor yang AC nya membuatku merinding, saat keluar ruangan untuk makan siang.

Dipecat dari kantor, ternyata untuk dipertemukanNya, pada sumber rejeki yang lebih deras.

***

JNE31tahun,
JNEMajuIndonesia
#jnecontentcompetition2021


Jalan Mangga Raya, Blog AG, Bumi Puspiptek Asri ceria.  Senin 31 Januari 2022, tiga balita cantik riang bermain diruang tengah-ku.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun