Soetiyastoko
Warung Padang sebelah kiri jalan, sebelum persimpangan rel kereta api itu, terbukti enak dan murah. Halaman parkirnya yang tak terlalu luas, selalu dipenuhi sepeda motor.
Pengunjung yang banyak, kata ayahku, indikator bahwa tempat makan itu enak dan murah. Sebuah rumus panduan sederhana , untuk memilih lokasi mengisi perut. Di tempat atau kota yang baru dikunjungi, belum pernah kuketahui.
Aku tak percaya rekomendasi atau ulasan tempat makan di internet. Setelah beberapa kali kucoba, hasilnya mengecewakan.
Pengunjung warung itu, silih berganti. Dari jacket dan helm yang disangkutkan di spion motor, bisa kutahu mereka sebagian besar ojeker online.
Ada tiga Blindvan dari ekpedisi yang berbeda, walau merk dan jenis mobilnya sama. Pintu sampingnya digeser, Â memudahkan menaik-turunkan dus-dus paket.
Aku mau makan di situ juga, tapi bingung, mau parkir di mana. Perutku sudah bernyanyi sumbang, maklum dari pagi belum makan.
Rejeki anak soleh, akhirnya dapat juga tempat parkir. Pas di bawah pohon rindang.
***
Beruntung, tadi waktu yang kubutuhkan untuk memperbaiki trophi-trophi yang rusak, tidak banyak. Kerusakan seperti itu selalu saja ada, kala karya buatanku itu terguncang-guncang diperjalanan.
Kadang aku heran, tambalan-tambalan di jalan beraspal itu, tidak pernah benar-benar rata. Selalu meninggalkan tonjolan-tonjolan, yang membuat mobilku terguncang-guncang. Terkadang amat keras.
Aku tidak tahu, apakah Indonesia punya insinyur teknik sipil ahli menambal lubang-lubang di jalan. Atau pendidikan dengan subkeahlian  seperti itu, memang belum ada.
Hai, pembaca, adakah kalian tahu tentang hal itu ?
Biar kedepan, semua jalanan di Indonesia mulus. Biar trophi buatanku tidak rusak ketika kukirim.
***
Di Warung Padang itu tak ada bangku yang kosong. Semua terisi yang sedang makan atau minum kopi. Aku ikut berdiri, ngantri pesan makanan.
Tiga orang di depanku, pesan nasi + gulai kepala kakap. Kelihatannya dan aromanya terhirup olehku. Wangi daun kemangi-serawung, asli, menggugah selera.
Dua orang dibelakangku, dari seragamnya kutahu, pasti salah satu pengendara mobil Blindvan perusahaan ekpedisi. Dia kurir resmi, aku kurir abal-abal. Hii hii hii, ...
"Lumayan kita bisa tenang, paket-paket itu dikemas oleh kantor. Tidak ada komplain-keluhan, dari penerima barang, ..."
"Ya, iya-lah, yang mengemas sudah biasa, sudah ahli, ..."
"Tapi, pasti capek-lah, mengemas seperti itu, ..."
"Iya, pasti capek, ... Namanya juga kerja. Dibayar. Tidak gratis, ..."
Mendengar, percakapan itu, aku jadi ingin tahu caranya mengemas yang benar. Bisa menekan resiko kerusakan barang. Saat dikirimkan.
***
Ada meja yang sudah kosong, aku berjalan kesitu dan duduk. Serius menikmati gulai kepala ikan kakap. Warna kuah bumbunya seperti warna bendera partai dan kental-nikmat.
Pengendara blindvan itu keduanya duduk didepanku. Seorang isi piring dan lauknya sama dengan yang dipiringku. Satunya lagi, daging cincang dan 2 perkedel. Dia tampak kesal, dari ucapannya kutahu, kehabisan gulai kepala ikan kakap. Kasihan, tak kebagian.
Mencecap dan menyedot empuknya daging ikan diantara tulang-tulang kepala, sungguh nikmat. Meski harus konsentrasi dan butuh waktu ekstra.
Piring penikmat perkedel plus itu sudah kandas. Habis, bersih total. Tak bersisa.
Dia mulai ngomong, kawannya sesekali mengangguk atau menggelengkan kepala. Entah, apakah itu respon terhadap omongan temannya, atau gerakan akibat menikmati gulai kepala ikan.
Tiba-tiba aku ingin bertanya, sesaat setelah gelas teh hangat selesai kuteguk.
"Pak, maaf, mau tanya. Di cabang mana, JNE memberi layanan pengemasan barang ?. Rumah saya di daerah, ..." , kusebut alamatku.
Kelihatan, dia amat senang menjawab dan menjelaskan secara lengkap. Termasuk memberi saran-saran.
"JNE @BOX adalah layanan pengemasan kiriman sesuai persyaratan pengiriman udara. Bla bla bla, ..."
"Bang, Abang konsentrasi saja produksi piala dan trophi, urusan pengemasan dan pengiriman. Serahkan saja pada kami, JNE, ...." begitu sarannya. Pikirku, benar juga.
"Dengan kita saling kerjasama, pasti usaha Abang bisa lebih cepat majunya, ... nanti kapan-kapan, saya main ke tempat Abang" .
Bang JNE, terima kasih pencerahannya.
***
JNE31tahun,
JNEMajuIndonesia
#jnecontentcompetition2021
Jalan Mangga Raya, Blog AG, sepi. Â Kamis 27 Januari 2022,
Menunggu di jemput anakku, mau takziah ke Bogor, langit mendung.