Soetiyastoko
Bagaimana harus kutulis
rasaanku
ketika senyummu hilang
bibirmu pasi
kehilangan merah rona
dan ketika mulai
ucapkan kalimat-kalimat itu,
kau masih diroda-duamu
yang telur asin
bahkan mesinnya masih hidup,
"... kita sudahi dulu kedekatan kita,
ada yang tidak suka,
mengancam dan memfitnah ..."
"Bukankah kita akan memperjuangkannya ?"
"... bila benar
kita berjodoh,
pasti nanti akan bersama,
garis
telah ditetapkanNya ..."
Lalu
kau putar
tuas gas
tungganganmu
kopling masih kau tahan,
kulihat
ada yang mengalir
diantara kedipan mata
dan
pelan-pelan mulai menjauh
Sejenak menepi, menoleh,
untukku.
Lalu melaju
sejak itu
kita tak sempat bertemu.
Benar,
kau
yang tumbuh jadi kekasih,
bukanlah
jodohku.
Suatu ketika, di suatu tempat, dalam bingkai kenangan.