Tidak sia-sia, Sultan berhasil di boyong ke hutan. Tak lama setelah Sultan berada di sana, terdengar suara anjing hutan melolong bersahut-sahutan.
"Kenapa anjing-anjing itu melolong seperti itu?" Tanya Sultan.
"Andai saja Baginda bisa mengerti bahasa hewan.... Sayang sekali bahasa mereka hanya bisa diketahui orang-orang tertentu saja. Kebetulan saja hamba memiliki kemampuan memahami bahasa binatang-binatang itu..." Abu Nawas menghentikan sejenak jerat pertamanya yang dibuat dari bahan yang hanya terdiri dari kata-kata, agar Sultan lebih penasaran.
"Mereka sebenarnya sedang jelaskan, mereka butuh pakaian. Apalagi sekarang sedang musim dingin. Maka mereka, meminta Baginda untuk berikan mereka pakaian!"
Tidak lama, Sultan perintahkan bendahara kerajaan untuk siapkan dana pembelian pakaian untuk hewan agar tidak kedinginan. Di sini, kembali Abu Nawas dipercayakan sebagai pengelola proses pembelian pakaian itu.
Bisa ditebak. Ini kesempatan Abu Nawas menjadi kaya mendadak.
Selang beberapa lama. Sultan mengajak Abu Nawas untuk ke lokasi untuk melakukan sidak.
Setiba di sana. Terang saja lolongan itu tetap terdengar. Ini pula yang mengundang tanya Sultan lagi. Namun, dengan sigap, Abu Nawas memberikan jawaban yang cukup singkat dan lugas,"Baginda yang mulia. Lolongan anjing itu kali ini berbeda dengan dulu. Karena, yang sekarang ini adalah lolongan sebagai ucapan terima kasih atas kebaikan Baginda."