Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

Tukang Bangunin Sahur

13 Agustus 2010   15:22 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:04 502 0
[caption id="attachment_225246" align="alignleft" width="207" caption="Tukang tinju berprofesi ganda (Gbr: Googleimages)"][/caption] Ada yang unik mengenang ketika saya masih di gampoeng. Saat usia belum melangkahi angka 20. Di usia demikian, dengan beberapa teman sebaya acap memilih mesjid sebagai tempat bermalam. Dan tentu, tidak hanya sekadar bermalam, tetapi juga melakukan kegiatan apa saja yang memungkinkan dilakukan berhubungan dengan ramadhan. Termasuk, membangunkan penduduk untuk bangun sahur. Berbagai macam cara kami lakukan untuk bisa membantu penduduk gampoeng Jeuram, gampoeng saya, untuk bisa bangun sahur. Dari teriak-teriak di microphone mesjid sampai dengan bernyanyi. Tapi tunggu dulu, sudah barang pasti bukan lagu-lagu dangdut. Meski ketika itu, saya sendiri lagi getol-getolnya menyanyikan lagu Oma Irama,"Dulu aku suka padamu, dulu aku memang suka ya iya ya. Dulu aku gila padamu, dulu aku memang gila..." Iya, itu lagu bertajuk Mira Santika. Tapi, kebetulan hafal beberapa shalawat yang memiliki irama yang matching dengan suasana pagi, biasanya shalawat Muammar ZA. Iya, shalawat itu kerap saya dengan beberapa rekan nyanyikan guna membuat pagi jelang fajar itu bisa membuat mata penduduk gampoeng bisa melek. Nyaris saban pagi, saya dengan teman-teman saat remaja itu lantunkan:"yaa nabiy salamu'alaika, ya rasul salam'alaika, ya habiib salam'alaika, shalawaatullaah 'alaika..." Dari kebiasaan itu juga tak jarang, keesokan hari saya mendapat pujian dari ibu-ibu se-gampoeng, semisal,"Suaranya bagus, bikin semangat kalau sudah mendengar suaramu..." Masuk akal dong, hidung saya kembang kempis juga hehe. Tak ayal, setiap pagi saya kian semangat saja lantunkan shalawat-shalawat yang saya hafal. Termasuk beberapa nasyid Rabbani yang saya gemari. Kadang-kadang, karena terlalu larut malam baru bisa tidur karena ada saja obrolan dengan temen-teman sebaya selepas tadarusan. Keesokan paginya malah terbangun saat jelang imsak, dan dibangunkan bapak-bapak yang hendak shalat shubuh. Parahnya, sekali waktu, pernah kami tidur dengan kamar mesjid yang menjadi tempat kami tidur terkunci dari dalam. Kebetulan giliran saya yang azan, karena tepat waktu azan shubuh, maka tanpa wudhu lagi langsung saja lantunkan azan. Esoknya, mau tidak mau tetap puasa meski dengan perut yang belum diisi ketika sahur. Sedikit lebih parah, saya memiliki seorang teman yang memang sangat cuek bawaannya. Saat jatah bangunkan orang untuk sahur, dia bangun untuk teriak-teriak di microphone. Tapi lepas acara teriak-teriak, dia malah tidur lagi sampai saat azan shubuh. Tak berhenti di situ, ketika jatah azan shubuh, juga dia lakukan bahkan sampai iqamat selesai. Tapi apa yang terjadi, setelah ia iqamat, bukannya ikut berdiri bersama jamaah shalat shubuh lainnya, melainkan ia memilih untuk kembali rebahkan badan di tikar dekat microphone dalam kamar mesjid itu. Dan...ia tidur di sana ketika jamaah lain asyik masyuk dalam shalat shubuh. [caption id="attachment_225267" align="alignright" width="300" caption="Sepertinya ini juga bagian cerita kita hehe (Gbr: serambinews.com)"][/caption] Itu semua, bagian catatan saya ketika masih bergiat sebagai remaja mesjid jami' Jeuram (sekarang sudah menjadi mesjid agung Kabupaten Nagan Raya, Aceh). Selanjutnya, dari tukang bangunkan orang untuk sahur, sampai kemudian saya pernah dipercayakan jadi tukang ceramah tetapi kemudian tidak saya sukai lagi. Malah memilih untuk hengkang dari kampung halaman, untuk tidak menjadi katak di bawah tempurung. Kendati, mengenang saat-saat menjadi 'katak', menjadi bagian catatan hidup yang sangat indah. Sayu lagi, sebagian besar yang pernah menjadi 'tukang' untuk bangunkan orang sahur di mesjid tersebut rata-rata sudah memiliki kehidupan yang baik. Menjadi tokoh masyarakat, dokter gigi, anggota DPRD dan bahkan menjadi pengusaha. Entah itu berkah dari ramadhan? Wallaahu a'lam. Cibubur, 13 Agustus 2010 ----------------- Sebuah lagu yang dulu kerap saya nyanyikan saat sahur

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun