Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud Artikel Utama

Kursi SD: 2,5 Juta

21 Juli 2010   17:23 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:42 372 0
[caption id="attachment_200839" align="alignleft" width="300" caption="Nak, besok bilang ke guru,"Pak, jangan kasih aku kursi, Bapakku bisa kok bikin kursi sendiri." (Gbr: Google Images)"][/caption] Aha, masih miskin? Sebaiknya jangan bicara. Sebab, untuk bicara akan lebih memberi irama ketika lidah sudah tidak kaku menyebut angka juta. Mungkin terlihat kurang manusiawi nada pembuka tulisan saya kali ini. Tetapi, itu bukan karena tanpa alasan, justru karena saya diminta oleh keadaan. Tentang keadaan mereka yang masih miskin dan kemudian tidak ada ruang untuk bicara sebagai ujud pengakuan, bahwa untuk bicara juga mereka masih punya kesempatan. Dan itu dibuktikan oleh selembar koran yang berada di pangkuan saya untuk kemudian membaca pelan. Yap, harus demikian, karena ini bukan sekadar sebuah catatan. Sejumlah orang tua murid mengeluhkan pungutan Dana Sumbangan Pembangunan, yang kepada mereka diberikan beban. Seperti dilansir Pikiran Rakyat (21/7) atawa bertepatan dengan 9 Sya'ban. Lha kok saya sudah seperti berpantun, maaf, karena memang saya terbawa oleh rasa prihatin mereka yang sekarang bingung oleh beban. Itu dibenarkan oleh Ketua Komite SDN Cimahi Mandiri I, Muhya Hadian. Hanya saja ia punya alasan, itu semua bukan secara sepihak saja ditetapkan, tapi pada semua orang tua murid itu dibebankan. Menanggalkan irama serupa langgam, melihat kembali pada catatan koran, uang sebesar itu disebut-sebut juga sebagai gagasan dari orang tua murid yang bisa ditebak sebagai gagasan orang yang berduit, karena bila orang tua yang cuma memiliki duit cukup untuk beli pisang setandan, anjuran itu sangat tidak mungkin mereka keluarkan. Maka, kemudian saya menyimpulkan, itu semua dikarenakan orang yang memiliki duit tidak sekadar ceban. [caption id="attachment_200840" align="alignright" width="300" caption="Jka masih miskin, sepertinya memang lebih layak mensyukuri menjadi lajang. Tapi hidup juga bosan tanpa tantangan ya? (Gbr: Google Images)"][/caption] Ini kerjanya Komite Sekolah yang bisa saya sebut tidak berperikemanusiaan, bukan hanya de pe er. Karena jelas, jika memang ada rapat jauh-jauh hari sebelum kebijakan yang tidak bijak itu ditetapkan, kemungkinan juga wali murid atau orang tua murid bisa jadi berhalangan datang karena mungkin mereka harus mencari nafkah tanpa ada waktu yang bisa diluangkan, sebab jelas kemungkinan mereka ini tidak memiliki sedikit pun tabungan. Lalu, halangan demikian menjadi penyebab munculnya sebuah keputusan untuk menarik iuran 2,5 juta. Keputusan itu, bisa dipastikan juga lagi karena itu diambil dengan menggunakan kacamata si kaya. Andai kacamata yang dipakai adalah kacamata netral akan lebih memperlihatkan bahwa tidak hanya ada yang plus, tetapi ada yang minus. Harusnya tak dipaksakan kacamata plus karena banyak mata yang memang sudah minus dari sejak lahir (kok lahir ke masalah optik ya?). Lalu untuk apa uang sebesar itu, lembaran koran yang sedang berada di tangan menjelaskan;"Dana itu untuk membeli kursi putar serta membiayai kegiatan ekstrakurikuler, serta pembangunan sekolah yang tidak dapat menunggu bantuan dari pemerintah..." Jadi ingin bertanya,"Terus jika selesai pembangunan sekolah, dan bantuan pemerintah pun datang, duit itu mau dikemanakan? Apakah akan dikembalikan?"

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun