[caption id="attachment_87609" align="alignleft" width="284" caption="Wahai, ceritakan padaku, seperti apakah warna cinta? (Photo by: Christine Mariska)"][/caption]
Pernahkah engkau mendengar seperti apakah irama nafas yang keluar dari rongga jiwa para pecinta? Terlihat cahaya mata yang memancar sehingga matahari pun menaruh iri, hilang sangar dan hanya bisa meringis manja. Seperti apakah engkau meraba jengkal-jengkal dada kekasihmu, saat ia sedang menaruh tubuhnya di ayunan cintamu? Jangan jawab dulu wahai hujan, meski kelembutanmu melenakan petang. Biarkan dulu semua rasa mengambang dan naik ke pucuk-pucuk pepohonan syurga, sampai satu ketika tak ada lagi yang menerjemahkan cinta hanya sebagai rasa. Menepilah semua angkuh agar dinding nurani tak terlalu pagi runtuh. Jangan penjarakan jiwa dalam sistematika yang membuat matamu buta. Eja ulang sampai semua huruf itu berujung tak hanya di kening kering biar tidak pontang-panting,dan kau merasa benar, sekedar meraba tubuh kekasihmu sebagai reranting. lalu kau menyebut itu cinta. Kekeliruan itu akan hilang dimamah malam, duhai perjaka.
KEMBALI KE ARTIKEL