Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud Artikel Utama

Menyadarkan Polisi

30 Juni 2010   15:56 Diperbarui: 26 Juni 2015   15:11 1696 0
[caption id="attachment_181720" align="alignright" width="300" caption="Negeri ini bisa hidup lagi hanya dengan kejujuran (Gbr: Kaskus.us)"][/caption] Jangan marah pada 'polisi tidur' karena ia memang disengaja dibuat di gang-gang sempit untuk membuat mata pengendara motor terbuka. Nun sedikit bergeser soal polisi yang berwujud manusia, terlahir dari rahim manusia lalu kemudian dididik untuk menjadi manusia idealnya memang terus konsisten sebagai manusia. Terus, pikiran iseng saya teringat pada pendidikan yang diberikan kepada polisi, apakah di sana diajarkan manusia itu sebenarnya seperti apa? Saya tidak bisa menduga-duga. Lagi pula, kebetulan jika ada pun beberapa kawan saya yang polisi, polisi yang menjadi kawan saya itu bisa saya pastikan baik--taruhlah saya sedang sedikit menyombongkan diri sebagai orang baik dan memiliki kawan yang memang baik, sebagai keseiramaan dari kebaikan yang saya lakukan--yang membuat saya tidak sampai hati menanyakan perihal demikian padanya. Kenapa? Polisi baik itu, menurut yang saya kenal, perasaannya halus sekali. Walaupun beberapa teman lain saya piawai dalam bermetafora tetapi di depan seorang kawan yang merupakan polisi baik, tetap saja dipahaminya. Dan tentu kemampuannya menyelami metafora saya, saya khawatirkan, membuatnya tersinggung walaupun selanjutnya ia takkan menggebrak meja karena ketersinggungan itu. Pun, saya memang selalu menjaga perasaan kawan ini untuk tidak sampai 'tersentil' sedikitpun. Membersihkan sampah tidak cukup dengan satu lidi. Jika di tubuh kepolisian negeri ini banyak sampah, maka lidi yang satu itu bisa-bisa patah sendiri sebelum ada satu pun sampah yang bisa ia ambil lalu membakarnya. Sebab, ada perumpamaan yang saya lupa dulu saya dapat darimana, dikatakan bahwa sampah akan melindungi sampah. Lebih lanjut, seindah apapun sebuah keadaan bersih tanpa sampah, tetap juga hal itu tidak terlihat indah bagi sampah karena ia tahu untuk adanya keindahan itu, ia tidak bisa lagi berada di tempat yang sejuk dan teduh plus nyaman. Maka, sampah juga bisa saling mengikat diri. Apatah lagi jika ada manusia yang memiliki jiwa yang diambil dari sampah dan menyatu dengannya, hal yang mirip juga akan dilakukannya. Ia akan mencari yang mirip. Lalu, ya mereka akan saling menguatkan, misi lebih ke depan, bagaimana terus berupaya membuat orang-orang yang berada di sekeliling kemudian tidak lagi merasa terganggu dan asing dengan sampah. Dengan begitu, tidak ada lagi yang harus dipusingkan, karena dengan itu semua bisa terjaga. Tidak ada yang harus dipungut dan dimasukkan ke dalam bak sampah dan kemudian berakhir di tempat pembakaran sampah. Tentu terkait yang ini, tidak dikenal istilah daur ulang.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun