Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

Hanya Selingkuh Biasa, Laila

1 Mei 2010   06:04 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:29 713 0
[caption id="attachment_130696" align="alignleft" width="300" caption="Seperti angin, nafsu pun bisa menderu-deru"][/caption] Ketika di kamar dengan kelambu yang warnanya ditutupi warna debu sedang menderu cinta seorang istri pada lelaki lain tanpa cerita malu. Dalam ayun langkah lugu, sang suami berada di depan pintu. Sebenarnya suara Hasan sudah terdengar jauh sebelum ia tiba di depan pintu. Tapi, dari jalan setapak menuju rumah kecil tanpa dinding batu itu, berkisar 50 meter, suaranya sudah terdengar serupa tak toek (sebutan untuk kentongan di Aceh) yang dipukul bertalu-talu. Iya Hasan sedang bicara dengan Cut Amat, rekan bongkar muat di moto prah yang juga bekerja dengan Haji Indah. Sebagai pekerja kasar, suaranya memang cenderung keras dan bisa terdengar kemana-mana walaupun ia sebenarnya merasa sedang bicara dengan tingkat nada yang biasa-biasa saja. "Aleh paki-paki Teungku Haji nyan, na moto nyeung jiteupue cit peng toek. Watee reuloeh bacut koen dipeugoet ilee, jeut mangat ta keurija. Nyan watee ka lagee nyoe, kee pih payah duek irumoeh troeh siminggu lagee si Gam Labu. (terj: Entah bagaimana Teungku Haji itu, punya truk tapi yang ia tahu cuma uang dan uang saja, tidak mau diperbaiki sebelum rusak parah. Ini ketika sudah seperti ini, akupun harus menganggur sampai seminggu persis si Gam Labu--sebutan untuk lelaki yang bodoh)" Ujar Hasan pada Cut Amat dengan suara yang memang mirip teriakan. "Pakiban tapeugoet. Tanyoe takeurija bak gop. Ya, bah dipeugoet paki nyeung galak, moto jih neupue ata jih. Tanyoe keurija ya keurija, leu that ta meuhaba euntreuk hana meupat beulanja karena hana meupat keurija, (terj: Mau bagaimana lagi. Kita kerja sebagai anak buah orang. Ya, biar saja dia seperti yang dia suka, pun truk juga miliknya. Kita kerja ya kerja saja, terlalu banyak bicara nanti malah kita tidak punya uang belanja karena tidak lagi diberikan pekerjaan).' Sahut Cut Amat dengan wajah datar dan lebih mirip pasrah seolah mencoba menolak nasib yang sudah tertulis dalam hidupnya untuk hidup hanya sebagai pekerja kasar, sebagai pesuruh orang.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun