Mohon tunggu...
KOMENTAR
Filsafat

Sumpah di Negeri Maling

12 November 2009   11:45 Diperbarui: 26 Juni 2015   19:22 497 0
[caption id="attachment_24636" align="alignleft" width="225" caption="Membunuh maling dengan kata-kata yang kubisa"][/caption] Hanya dasi saja telah membuat seorang maling terlihat anggun dan berwibawa. Tutur kata yang diatur sedemikian rupa mampu membuat berjuta manusia terpukau. Pada saat yang sama, sebenarnya mereka tidak bangga pada diri sendiri. Berbagai macam topeng, dari buatan dalam negeri sampai made in luar negeri menjadi koleksi untuk dikenakan pada berbagai moment penting di negerinya. Ia bisa tersenyum seperti seorang Nabi. Siapa yang tak runtuh hatinya dengan senyuman seperti itu. "Bagiku, mereka berteriak dan memprotes dengan semua keberhasilanku itu, hanya dikarenakan mereka sejauh ini belum pernah mampu mendapatkan seperti yang kudapatkan." Begitu yang sering ia ucapkan sembari melonggarkan dasi yang hampir mencekiknya. Itu merupakan sebuah potret lain. Tapi tak jarang juga muncul laki-laki yang tak kalah berwibawa, biasanya juga dilengkapi dengan pengawal yang mengapit di kiri dan kanan. Langkah kaki yang begitu gagah, sorot matanya persis seekor elang, tajam. Setajam itu pula ia lontarkan berbagai fitnah dengan skenario buatan pakar luar negeri."Strategiku, skenarioku takkan bisa dipahami para sutradara perfilman yang ada di negeri ini. Makanya jangan heran, semua yang saya lakukan akan sangat sulit dipahami oleh mereka disini. Intelijen negeri ini juga masih kalah licik dengan saya" Ujarnya satu ketika dengan senyum. Maaf, aku tidak bisa menghafal namanya, terlalu lelah kepalaku untuk menghafal nama-nama maling. "Nuraniku masih cukup bersih untuk melihat yang salah dan benar, sepintar apapun engkau mengaduk-aduk kedua hal itu,"batinku sedikit angkuh Terus ia menambahkan juga,"untuk menjadi seorang maling jangan hanya mengandalkan keberanian doang. Coba pake ini," Ujarnya sambil menunjuk pada kepalanya yang memang bersih dari ketombe. Saat aku sedang melamunkan ketombe di kepalanya, dengan nada mengajak. Seorang rekanku berbisik,"ketombenya sudah pindah kedalam, jadi tidak akan muncul keluar seperti rambutmu." Aku coba nyengir saja sebagai pengakuan syukur karena ketombe dikepalaku masih bisa dilihat dari luar. "iya, biarlah ketombeku hanya ada diluar, tidak terlalu berat untuk membersihkannya. Dengan Shampoo satu sachet sudah cukup. Sedang mereka untuk bersihkan ketombe itu, mereka harus keluar negeri. Ke tanah suci untuk bersihkan semua ketombe. Sudah keluar duit banyak tetapi malaikat masih terus tertawakan mereka karena ketombe itu tidak mudah untuk dibersihkan"

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun