Mohon tunggu...
KOMENTAR
Filsafat

Negeri Chupacabra

25 Januari 2010   13:53 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:16 1010 0
[caption id="attachment_60843" align="alignleft" width="300" caption="Jangan sampai darah habis, nasi habis, beras habis. Baru mencari cara koruptor bisa habis (Fickar. Gbr: Tgk Google)"][/caption] Chupacabra makhluk yang tidak dikenal, membunuh serupa hantu, ia tidak dikenal wujud fisiknya. Orang-orang hanya menduga-duga, ia drakula. Orang menduga ia sejenis serigala. Orang menduga ia adalah para arwah buta. Cupacabra itu juga adalah judul catatan untuk sebuah negeri yang hanya terletak di tengah peta dunia. Tetapi sudah tak bisa di raba. Tak bisa diraba dengan tangan-tangan kejujuran dan ketulusan. Dan negeri itu berisi begitu banyak manusia frustasi. Kukira itu bukan karena soal periuk nasi. Tetapi, lebih karena masturbasi dalam orasi dihadapan orang-orang tuli. Di negeri itu, orasi tidak menjadi peti mati untuk politisi. Juga menjadi bahan pelajaran yang cukup digemari oleh rakyat untuk lebih mudah mendapatkan sepiring nasi. "Apa hubungannya orasi dengan sepiring nasi?" Tanya  orang-orang tolol sepertiku. "Iya, dengan orasi yang terkuasai, yang menjadi sabda bijak bestari. Bisa disulap para peri menjadi bulir-bulir padi, menjelma seketika menjadi nasi." Dan orang-orang yang hanya bisa menutupi kebingungan dengan puisi, seperti aku sendiri, hanya bisa mencoba mencerna dengan ginjal-ginjal imajinasi. Tetapi teryakini masih lebih jeli, lebih berseri daripada hanya duduk berdiam diri dengan mimpi yang sering tidak mengizinkan tercantum kata "realisasi," begitu aku mencoba membela diri. Bersama mereka yang berwajah tak seelok peri.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun