Sayap-sayap indah mereka memiliki kekuatan terbangkan bumi ke titik galaksi penuh cahaya. Menutup mata pada setiap luka di tubuh indahnya, akan membuat sayap itu melemah. Bahkan patah. Bumi kemudian terhempas dalam titik tergelapnya. Merekakah yang salah? Sebelum saya menuangkan kata-kata lebih jauh. Sepertinya memang saya harus pastikan untuk melihat perempuan secara utuh. Bukan karena mereka menguasai kutub angka yang lebih besar dari lelaki, namun mencoba untuk melihat setiap inci 'tubuh' mereka dengan nurani. Tidak juga dengan alasan-alasan parsial lainnya. Perempuan, pemilik kekuatan didalam kelemah-lembutannya. Pemilik tubuh-tubuh indah yang mengundang pesona setiap lelaki yang sebenar lelaki. Dikagumi dan dipuja. Beribu bait puisi dari beribu abad menetas dalam beribu antologi, keluar dari hati para lelaki. Hanya untuk melukis keindahan makhluk Tuhan itu. Sayangnya, saat membuka lembar-lembar koran. Mengintip-intip helai halaman majalah. Tidak hanya satu dua catatan yang menyodorkan bukti,
"kaum lelaki telah membuat malaikat-malaikat itu nyaris mati dalam lelah." Beberapa lelaki picik, dengan mata pena kepengecutan menulis puisi tanpa pelibatan hati,
"mereka hanyalah tulang-tulang rusuk lemah, yang nanti akan dibawa lari anjing-anjing lapar." Saat-saat melihat hal-hal seperti itu, aku mencoba menutup geram agar tidak disebut sebagai lelaki yang haus untuk digelari sebagai pahlawan.
KEMBALI KE ARTIKEL