[caption id="attachment_123763" align="alignleft" width="148" caption="Lesbian yang menjadi Tuhan Sdr Rinaldi Abrakadabra (Gbr: Profile Rinaldi)"][/caption]
Dalam banyak referensi dalam Islam, marah memang dianjurkan sekali untuk ditahan. Bahkan dalam salah satu hadits disebutkan, seseorang yang paling layak digelari orang kuat adalah orang yang bisa menahan marahnya. Nah, dan disini saya ingin bercerita sedikit tentang kemarahan. Apalagi, hari ini saya disebut ego hanya karena saya marah. Marah atas kasus pelecehan terhadap asma Allah, Tuhan yang saya sembah. Diplesetkan seorang Kompasianer bernama
Rinaldi Abrakadabra dalam syahadat diutak-atiknya menjadi assaduanla ila bonita, wa asaduanna moammar kadafi (artikel yang juga mengulas hal itu,
di sini). Jelas, plesetan itu sama dengan menggantikan asma Allah, dengan Bonita yang saya curigai mungkin pelacur yang sudah melahirkan makhluk bernama Rinaldi Abrakadabra itu. Tidak itu saja, Muhammad diplesetkan menjadi Moammar Khadafi. Benar dia sudah minta maaf, tapi cukupkah hanya sekedar dengan minta maaf saja kemudian serta merta bisa dimaafkan? Siapa yang bisa menjamin intelektual keblinger serupa itu tidak akan mengulangi lagi penghinaan seperti demikian? Saya perhatikan memang ada beberapa teman seperti Arif B Santoso yang bahkan menulis di wall saya:
sebaiknya anda klarifikasi di FB bahwa Rinaldi sudah menyampaikan permintaan maaf terbuka di kompasiana.
KEMBALI KE ARTIKEL