Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

Senggama Gelandangan

26 Februari 2010   02:54 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:44 1853 0
[caption id="attachment_81929" align="alignleft" width="298" caption="Tuhan, tolong tulis nasib mereka dengan huruf yang lebih baik (Photo: Kompas)"][/caption] Seorang bocah dengan lincah loncat ke angkot yang juga kunaiki, baru saja. Dari mulut mungilnya mengalun lagu:"...Tuhan, berikan aku hidup satu kali lagi". Sedang dia yang duduk persis di sisi kiriku, kutahu melihatku lekat, seakan sedang membaca isi pikiranku. Memang, saat itu sedang berkecamuk berbagai tanya di kepala. "Kemana orangtuanya? Oh, shit!!!" Terpikir orangtua yang membiarkan anak-anaknya harus meninggalkan masa kecilnya terlalu pagi. Seakan mengerti pergolakan yang sedang ada di balik tempurung kepalaku. Dia yang nyaris saban hari melihat pemandangan ini, berujar:"orangtuanya ada di sana tadi, di tempat kita menaiki angkot." "Yang merokok tadi?" "Iya ibu yang tadi sedang merokok." Dengan geram mata pikiranku melihat ulang sosok ibu yang lebih 'sejahtera' dengan bentuk tubuh yang lebih tambun. "Jadi mereka melahirkan anak..." "Mereka melahirkan anak untuk dipekerjakan sebagai pengamen. Mengais rejeki dengan caranya, nanti sore disetorkan pada orangtuanya." Jawabnya lugas menukas tanyaku. Aku sendiri hanya termangu. Tak lama, bocah yang berusia sekitar 7 tahun itu meloncat turun sebelum angkot yang kutumpangi itu berhenti. Aku tercekat. Terbayang jika saja ada pengendara motor nekad yang sering show off di jalan-jalan, yang bisa saja masuk dari kiri menyambar tubuh mungil itu. Ah, aku hanya bisa menggumam. Sebelumnya, tangan kecil itu sempat disodorkan tetapi belum sempat tanganku merogoh saku celana, ia sudah melompat turun. Entah aku yang terlalu mendramatisir, setitik buliran airmata jatuh. Lekas kuhapus untuk tidak dilihat penumpang lainnya.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun