Pernah ada 2 orang teman curhat kepadaku, orang yang pertama bilang pacarnya adalah matahari yang selalu setia menyinari bumi, selalu menghangatkan di pagi hari, sedangkan orang yang kedua bilang pacarnya bagaikan rembulan yang menghiasi malam, dengan sinarnya menerangi gelap malam, yang selalu menjadi inspirasi setiap penyair dan pecinta.
Dirimu bukanlah matahari maupun rembulan, dirimu lebih dari itu.
Dirimu adalah bintang
Matahari menghangatkan bumi tapi juga bisa membakar bumi, yang sewaktu-waktu dengan sinarnya bisa membakar kulitku dan menyilaukan mataku. Dirimu bukanlah matahari, dirimu adalah bintang dengan redup sinarmu namun dapat menghangatkan hatiku, dengan sinarmu menghiasai pandangan mata, memberi nuansa tersendiri yang hati tak mengerti.
Dirimu adalah bintang
Dengan sinarnya rembulan menghiasi malam, rembulan meminjam cahaya matahari, memantulkan cahaya matahari. Dengan cahaya semu, rembulan mencoba tuk membohongiku dan memikatku. Dirimu bukanlah rembulan, dirimu adalah bintang dengan cahaya ketulusan dan kesederhanaan yang memancar dari unsur jiwamu telah memikat hatimu.
Dirimu adalah bintang, yang selalu menemaniku dalam kerinduan, yang dapat membuatku tersenyum, yang rela mengorbankan diri , menjatuhkan diri menuju bumi hanya untuk membuatku gembira dan memberikan sedikit asa.
Dirimu adalah bintang, yang jauh dariku, yang sulit untuk kugapai. Aku tak tau harus bagaimana tuk bertemu denganmu. Dirimu adalah bintang, yang mencoba untuk menemuiku, tapi saat itu kau lakukan, dirimu terbakar oleh atmosfer yang cemburu padaku. Haruskah aku terbang menuju dirimu. Haruskah?