Sekitar awal Bulan Agustus 2012 kemarin, saya pulang ke Blora-Jawa Tengah, kampung halaman tercinta. Tidak seperti biasanya, Ramadhan tahun ini, saya pulang agak terlambat karena harus mengikuti proyek tender catering untuk pengadaan makan siang karyawan di salah satu perusahaan swasta di Jakarta. Sesampainya di rumah, esok paginya, beberapa orang sedang ngobrol ria menggosipkan Bu Haji yang masuk rumah sakit gara-gara terkena penyakit gula. Ibu-ibu itu ramai membahas tentang rencana amputasi salah satu kakinya Bu Haji. Begitulah kabar burung yang saya dengar sembari jalan-jalan pagi berkeliling ladang. Ada sekitar 5 ibu-ibu yang bergerombol mengerubuti penjual sayur keliling di pagi hari. Di desa saya, membeli sayur dari tukang sayur di pagi hari itu sudah biasa. Akan tetapi, yang tidak biasa ketika itu adalah topik yang diobrolkan. Sudah hampir 1 minggu Bu Haji menginap di rumah sakit gara-gara diabetesnya itu.
Kabar terakhir yang saya dengar ketika itu adalah rencananya esok hari, Bu Haji akan dioperasi oleh dokter. Begitulah yang diumumkan oleh Pak Haji dan beliau minta doa dari para warga untuk turun bermunajat demi kesembuhan Bu Haji. Kelihatannya kabar ini telah menyebar hingga radius hampir 2 km. Semua menggosipkan kalau kaki Bu Haji akan diamputasi. Karena gossip itu cukup santer, saya coba berkunjung ke rumah Pak Haji untuk ngobrol mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi. Persis setelah sholat asar, saya makmum dan Pak Haji menjadi imam, kami berdua ngobrol-ngobrol sejenak. Saya tanyakan bagaimana awalnya sehingga Bu Haji bisa terserang diabetes. Dengan muka yang agak sedih (tapi berusaha Pak Haji sembunyikan dari saya), beliau menjelaskan bahwa sekitar 2 bulan lalu, Bu Haji terpeleset saat sedang di dapur. Kemudian digendonglah Bu Haji karena kakinya berdarah dan tidak mampu jalan. Di bawanya Bu Haji ke tempat tidur di belakang ruang tamu. Dengan merintih kesakitan, Bu Haji berusaha bertahan. Selama di tempat tidurnya itu, Bu Haji mengeluhkan katanya pandangannya mulai gelap dan kepalanya pusing.