Mahasiswa yang tergolong medioker sering kali merasa nyaman berada di zona aman mereka, menghindari tantangan yang bisa memperbaiki kemampuan dan prestasi mereka. Mahasiswa medioker yang anti kritik sebenarnya
sedang menutupi ketidakmampuan mereka dengan selimut keangkuhan. Mereka lebih memilih nyaman dalam kebodohan daripada menghadapi kenyataan bahwa kritik adalah jalan menuju pencerahan. Bukankah menerima kritik seharusnya dianggap sebagai keberanian intelektual? Tetapi para medioker ini malah menjadikan
kritik sebagai musuh, bukannya
cermin untuk melihat keburukan diri. Ironisnya, mereka mengklaim diri sebagai pencari kebenaran, namun menolak alat yang paling ampuh untuk menemukannya:
kritik.
KEMBALI KE ARTIKEL