Tanpa pengalaman, seseorang tidak dapat memenuhi persyaratan kerja, dan tanpa pekerjaan pengalaman pun akan sulit didapatkan. Dan hal ini membuat banyak orang yang patah semangat dan terjebak dalam posisi yang tidak memberi mereka kesempatan untuk berkembang. Namun sebaiknya, perusahaan tidak hanya menilai siapa yang memiliki pengalaman kerja namun siapa yang memiliki potensi dan mampu berkompetisi dalam dunia kerja.
Karena terkadang, orang yang memiliki pengalaman kerja tidak semua mahir dalam bidang nya. Dan ada pula orang yang belum memiliki pengalaman kerja namun ia memiliki potensi yang cukup baik. Sehingga dalam hal ini perlu adanya pengecekan lebih dari potensi masing-masing calon pekerja.
Selain itu, dampak dari kebijakan ini juga mampu menimbulkan kesenjangan antara mereka yang telah bekerja sebelumnya dan lulusan baru yang masih mencari tempat pertama untuk bekerja. Banyak pencari kerja terpaksa menurunkan harapan mereka, berkompetisi untuk posisi yang lebih rendah atau bahkan terpaksa menerima pekerjaan yang  memang tidak sesuai dengan bidang pendidikan yang mereka tempuh selama ini.
Namun perlu diingat juga, bahwa kebijakan ini memberikan kita pemahaman bahwa dalam menempuh pendidikan tidak hanya sekedar melakukan kegiatan formal sekolah saja. Tapi mulailah untuk mencari relasi baik untuk kegiatan magang ataupun sekedar belajar saja. Karena hal ini penting untuk kebutuhan dunia kerja nantinya. Kita tidak boleh terjebak dalam asumsi bahwa fresh graduate sulit untuk mendapatkan pekerjaan, namun perlu kita mulai untuk melakukan simulasi di dunia kerja.
Dengan demikian, kita bisa mencari peluang dengan alternatif magang diperusahaan dan ini akan membantu menciptakan lapangan kerja yang lebih inklusif dan mendukung para lulusan muda untuk memulai perjalanan karier mereka.
Penulis : Siti Nabilatul Zahro Salsabila