Mohon tunggu...
KOMENTAR
Catatan

Promag Penyelamatku

6 Agustus 2011   19:12 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:02 92 1
Kisah ini terjadi saat aku masih bekerja di salah satu provider penyedia layanan telekomunikasi nirkabel di Indonesia sebagai call center. Pekerjaanku mengangkat telepon masuk dari pelanggan yang tak ada hentinya. Terutama saat terjadi gangguan, biasanya karena kepadatan jaringan, mulai dari yang tidak bisa sms, menelepon, akses internet, bahkan mereka yang mengeluhkan ring back tone pelanggan yang tidak aktif. Dalam satu hari aku bisa memberikan penjelasan yang sama hampir puluhan kali melalui line telepon.

Jam kerjaku 8,5 jam dengan waktu istirahat paling lama 25 menit yang dapat diambil untuk makan, sisanya 20 menit untuk sholat, break sebentar, atau ke toilet. Waktu istirahat ini dilakukan secara bergiliran untuk menjaga agar service level tidak turun, sehingga pada saat-saat genting terkadang istirahat makan yang bisa diambil hanyalah 15 menit saja, atau molor dari jadwal yang sudah ditentukan. Alhasil waktu makan pun sangatlah tidak dapat dijadwalkan dengan baik.

Tapi sebagai seorang yang profesional, hal itu tidak menjadi kendala untukku.  Itu adalah pekerjaanku dan aku dibayar untuk itu, maka aku pun harus memberikan pelayanan yang terbaik pada pelanggan. Semarah apapun mereka, sekasar apapun kata-kata mereka, se bodoh-bodohnya mereka tetap kulayani dengan baik. Aku berusaha membantu dan memberikan solusi yang terbaik untuk mereka sesuai dengan panduan yang diberikan perusahaan.

Dalam keadaan apapun pelanggan tetap harus dilayani dengan baik, termasuk ketika rasa sakit itu datang. Rasa sakit di bagian lambungku yang teramat sangat. Rasanya perih, seperti diiris-iris, mual, perutku juga terasa kembung hingga membuat aku tidak nyaman dalam posisi duduk di kursi. Aku memang sudah lama memiliki penyakit ini,  sakit mag. Sebetulnya tidak parah, hanya ketika sakit mag ini menyerang. Wow!!! Sangat mengganggu sekali. Terlebih  jika itu terjadi di tempat dan waktu yang tidak tepat. Karena begitulah penyakit, kita tidak pernah tahu kapan dia akan datang.

Waktu itu kebetulan aku masuk pukul 5 pagi. Cukup pagi untuk jam kerja wanita di kantor, namun tidak cukup pagi untuk pelanggan yang memang harus dilayani 24 jam.  Aku tidak sempat menyiapkan bekal untuk makan, tapi biasanya perusahaan sudah menyiapkannya untuk kami yang mendapatkan giliran pada shift ini. Sayangnya pada hari itu katering perusahaan masih belum muncul pada jam yang ditentukan. Saat itu kebetulan aku mendapat giliran makan pukul 7 pagi.

Ketika jam 7 tepat, akupun cepat-cepat ke lantai atas untuk mengambil jatah sarapan, maklum aku lapar berat karena malamnya tidak sempat makan akibat kelelahan setelah berbelanja untuk keperluan pernikahanku.  Tadinya hanya ingin berbaring sebentar, tapi ternyata bablas sampai pagi. Maka kelaparanlah cacing-cacing di perutku yang mulai berteriak-teriak dan menendang-nendang padahal saat itu baru pukul 06:30 pagi, yah...keroncongan.

Karena katering tak kunjung tiba, akupun bergegas ke lantai bawah. Berharap ada si Abah penjual gorengan yang sering mangkal di depan kantorku sudah siap dengan gorengan favoritku, tempe dan pisang goreng. Makan 1 atau 2 buah saja biasanya sudah cukup menahan rasa laparku jika belum diisi nasi. Salah satu karbohidrat favoritku yang notabene orang Indonesia asli. Namun sialnya ternyata hari itu si Abah tidak ada. Mungkin ia sedang cuti atau ijin menengok cucu. Entahlah...yang pasti aku merasa seperti seorang kelaparan di tengah hutan. Bingung harus mencari makanan ke mana dalam waktu istirahatku yang sesingkat itu.

Kebetulan pada waktu itu teman-teman dekatku tidak ada yang satu shift. Jadi tidak ada yang bisa ku bajak bekal nya. Malangnya nasibku . Waktu 25 menit berlalu begitu saja. Pencarian makanan yang tidak menghasilkan apa-apa. Waktu istirahatku untuk makan terbuang begitu saja. Usahaku tak menghasilkan apapun selain datangnya penyakit yang sudah lama tak tak menghampiriku.

Ya..aku sakit mag. Lambungku mulai terasa sakit. Sementara telepon dari pelanggan tidak ada henti-hentinya karena kebetulan saat itu memang sedang ada gangguan. Niat untuk mengambil break untuk rehat sebentar karena sakitku ini pun ku urungkan karena bisa-bisa aku ditegur atasanku. Untunglah aku ingat, di tempat pensilku masih ada sisa Promag, obat siagaku yang selalu ku bawa kemanapun ku pergi. Masih sisa satu, dan Promag menjadi penyelamatku saat itu.

Akupun langsung mengambilnya, lalu kumasukan mulut, ketika pelanggan menjelaskan permasalahannya aku tekan tombol mute dan ku kunyah Promag kurang dari 10 detik sampai habis dimulutku. Seperti tidak terjadi apa-apa, aku terus melayani pelanggan, dan setelah panggilan itu selesai, tidak lebih dari 10 menit rasa perih itu hilang dan aku bisa terus bekerja sampai akhirnya tiba makan siangku. Terima kasih Promag, kau akan selalu ku bawa kemanapun ku pergi, karena kau penyelamatku.***

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun