Pengantar: Saya sebenarnya enggan nimbrung ngobrol soal Pilkada Tangsel, selain saya tidak bisa memilih karena kebetulan harus ke luar negeri pada saat coblosan juga mungkin karena saya terlalu tahu jerohan mereka-mereka yang sedang bertarung. Beberapa di antaranya pernah pula menjadi kolega.Tetapi serbuan email dan BBM semasa transit pesawat membuat saya merenungkan kembali percakapan saya dengan adik ipar seminggu sebelumnya. “Orang seperti Mas mestinya nulis di koran, biar orang bisa jernih melihat persoalan. Jangan lepas dari mulut buaya masuk ke mulut harimau,” ketika itu dia berkata. Saat itu saya hanya menjawab sambil lalu: “Apalah artinya saya, koran kan hanya memuat orang terkenal.” Malam usai coblosan hari Sabtu itu ia kembali menghujani blackberry saya. Akhirnya saya putuskan untuk mencharge penuh laptop dan mengetik rangkaian tulisan ini sepanjang di pesawat, yang akan saya posting begitu saya dapat koneksi Internet nanti. Entah berapa seri nanti jadinya, seingat dan sesempat saya saja.