Gadis yang dipujanya telah pergi bergandeng tangan dengan pemuda lain
Padahal sudah tak terhitung milyaran detik yang sudah dia habiskan, untuk mencintai gadis tersebut.
Ada yang bilang cinta tak harus memiliki.
Salah !!! Kutuk pemuda itu.
Cinta ini harus aku miliki, gemertak giginya menahan amarah. Tangannya mengepal sampai memerah
Entah mengapa, rasa sedih tadi berubah menjadi amukan amarah secepat lahar berapi.
Bergegas si pemuda turun dari angkutan umum.
Secepat kijang dia berlari.
Lari dan terus lari di sepanjang trotoar jalan, tidak diperhatikannya lagi kanan dan kiri.
Pemuda ini berlari, seperti pemburu yang mengejar buruannya.
Kakinya terasa berdenyut nyeri, dadaku serasa meledak, tetapi dia paksakan, bahkan larinya makin kencang.
Satu di pikirannya, satu yang dia tuju, pusat perbelanjaan dimana gadis pujaan sedang bergandengan mesra dengan pemuda lain.
Larinya makin cepat, dan cepat, bagaikan mengejar buruannya yang semakin dekat, napasnya semakin memburu saat memasuki pintu pusat perbelanjaan itu.
Cepat pemuda itu mencari gadis pujaan, bagaikan mata elang sedang mencari mangsa di kejauhan.
Sampai pandangannya tertumbuk pada binar wajah ceria seorang gadis, yang sedang bergandeng mesra dengan pemuda lain.
Pemuda itu semakin memerah wajahnya, darahnya mendesir, ini dia sasaranku.
Cepat matanya bergerak ke kanan kiri, mencari sesuatu yang bisa mencelakakan kedua orang tersebut.
Dapat ! Pemuda itu mengambil tong sampah besi, diangkatnya tong sampah besi tersebut sekuat tenaga.
Ancang-ancang pemuda itu ambil, dan sekuat tenaga yang tersisa, pemuda itu berlari memburu dengan tong sampah besi di atas kepalanya.
Bagai mendapatkan kekuatan dari para dewa, pemuda itu melempar tong sampah besi ke arah sasarannya.
Benda yang terbuat dari besi tersebut mendesir meluncur tajam bagaikan roket.
Arahnya tepat.
Sangat tepat menuju kepala pemuda yang menggandeng mesra si gadis pujaan.