Mohon tunggu...
KOMENTAR
Lyfe

Kasus Anas Teguran HMI

23 Februari 2013   11:59 Diperbarui: 24 Juni 2015   17:50 684 0

Mereka yang sudah terlebih dahulu terseret adalah Nazarudin mantan Bendahara Umum PD, Angelina Sondakh mantan Sekjend PD dan Andi Malaranggeng mantan Menpora. Kini, empat kader PD ini sudah siap menjadi menghuni rutan KPK yang sudah dipersiapkan khusus bagi mereka para koruptor jika terbukti terlibat.

Sama seperti penetapan tersangka korupsi lainya, penetapan Anas Urbaningrum sebagai tersangka ditanggapinya secara serius banyak pihak. Bahkan Anas sempat mengungkapkan beberapa hal terkait penetapan dirinya sebagai tersangka tersebut.

Satu di antaranya, dirinya merasa terpilihnya dirinya sebagai Ketum tidak direstui oleh Presiden SBY yang merupakan pendiri PD, selain itu penetapan tersangka tersebut juga atas desakan SBY mengingat selama ini status dirinya tidak jelas di proyek Hambalang tersebut.

Perbaikan HMI

Tentu, apa yang disampaikan Anas Urbaningrum tidak bisa dipercaya 100 persen secara langsung, bisa saja itu hanya alibi seorang yang sudah ditetapkan tersangka. Hanya saja, memang ada banyak hal yang harus dicermati dalam kasus ini. Agar kita masyarakat awam tidak memandang kasus ini secara sepihak.

Sebagai bagian dari kader Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) dengan posisi terakhir sebagai calon Ketua Umum Badko HMI Kalbar 2011 silam. Saya secara pribadi turut sedih dengan penetapan Anas sebagai tersangka tersebut, terlebih nama Anas Urbaningrum sudah menjadi ikon bagi HMI selaian Lafran Pane, Akbar Tanjung, Jusuf Kalla dan mantan Kader HMI lain yang terlebih dahulu eksis di negeri ini.

Sebagai generasi muda, saya lebih suka membahas masalah penetapan Anas sebagai tersangka ini dari pandangan generasi muda dan cara membesarkan organisasi. Pasalnya, sejak beberapa tahun terakhir, HMI seperti mulai kehilangan jati dirinya, organisasi yang berbasis mahasiswa Islam ini sudah mulai melupakan tujuan utama ketika didirikan.

Tujuan utama tersebut yakni "Terbinanya insan akademis, pencipta, pengabdi yang bernafaskan Islam, dan bertangung jawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah SWT" seperti yang tercantum dalam pasal 4 Anggaran Dasar HMI. Sejak beberapa dekade terakhir, kader-kader dan alumni HMI seperti hanyut pada pergulatan politik Indonesia sehingga tujuan utama tersebut seperti terlupakan.

Sejatinya dalam upaya mencapai tujuan sesuai dengan AD, kader-kader HMI lebih fokus pada perkaderan baik yang bersifat resmi seperti Latihan Kader (LK) I hingga III maupun perkaderan tidak resmi yang menyangkut kegiatan sehari-hari. Setiap pengurus HMI mulai dari Komisariat hingga Pengurus PB HMI biasanya sadar sepenuhnya, bahwa tugas mereka yakni menciptakan kader-kader HMI yang bisa menjadi seorang pemimpin mulai dari pemimpin diri sendiri hingga menjadi pemimpin negara.

Dalam upaya menciptakan kader berkualitas tersebut, biasanya pengurus HMI akan disibukan dengan kegiatan perkaderan setiap periodenya. Ciri-ciri seorang akademisi menjadi bagian kehidupan sehari-hari setiap kader HMI, mulai dari diskusi keilmuan atau yang biasa dikenal dengan diskusi kontinue (Disco), bedah buku, seminar hingga menciptakan buku.

Tentu, saya tidak ingin menyebutkan bahwa Anas Urbaningrum merupakan kader HMI yang dianggap gagal. Mengingat Anas pernah menduduki posisi paling bergengsi di jajaran HMI yakni Ketua Umum PB HMI. Jabatan yang tidak semua kader bisa mendudukinya, hanya mereka yang memiliki kualitas terbaik yang berhak.

Menilik persoalan yang menjerat Anas, maka menurut saya memang sudah saatnya seluruh kader HMI di Indonesia berbenah. Terutama dalam menentukan arah perkaderan internal yang dilaksanakan dalam menjalankan organisasi. Ke depan, tidak perlu lagi ada gagah-gagahan dan dominasi dalam berebut jabatan.

Mari luruskan niat agar apa yang dilaksanakan kader HMI benar-benar membawa Indonesia yang lebih baik seperti tujuan pokok HMI. Jayalah HMI, Yakin Usaha Sampai (YAKUSA)

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun