Lantas, bagaimana dengan di Indonesia, bukan kah Indonesia pernah mengalami embargo senjata dari AS karena peristiwa Santa Crus tahun 1991? dari embargo tersebut, apa yang kita dapat? Persenjataan TNI menjadi macan tanpa taring, punya senjata tapi tak punya amunisi, punya pesawat tempur tapi tak punya rudal aktif, kalaupun ada jumlahnya sangat jauh dari kata mencukupi. Meskipun pernah muncul harapan saat Habibie mulai mengekspansi kemampuan teknologi kemandirian, nampaknya itu tak lama, karena ada pihak-pihak yang takut dengan perkembangan signifikan indonesia dalam industri strategis sehingga berupaya menghambat bahkan berhasil melengserkan Habibie dari tampuk kekuasaan. Bagaimana sekarang? Apakah akan ada sosok yang akan muncul dan bisa menumbuhkan taring yang telah lama hilang. Dengan kondisi ekonomi yang lebih baik seperti saat ini, seharusnya kemandirian Industri strategis dapat tercapai kalau para pemimpin punya keinginan serius.
Sekarang mulai muncul asa kemandirian teknologi kemiliteran dengan diadakannya transfer teknologi saat pembelian senjata. Lihat saja proyek prestisius KFX/IFX antara Korea dan Indonesia yang digadang-gadang memiliki kemampuan diatas Su-35, proyek pembelian 3 unit kapal selam kelas Cheng Bogo yang salah satu diantaranya akan dibuat digalangan milik PT. PAL serta rencana ToT dan produksi bersama rudal untuk AL C-802 dari Tiongkok yang sebagian akan diproduksi di dalam negeri. Semoga proyek seperti ini bisa terus berjalan agar dapat membawa kemandirian dan bisa melepaskan diri dari ketergantungan asing.