Peringatan Harkitnas baru ditetapkan melalui Keputusan Presiden Nomor 316 Tahun 1959, tanggal 16 Desember 1959, sebagai peristiwa Kebangkitan Nasional Indonesia. Artinya, 20 Mei 2024 adalah peringatan Harkitnas ke-65, bukan ke-116!(Supartono JW.20 Mei 2024)
Maaf Pemerintah, HARI INI, 20 MEI 2024 adalah PERINGATAN HARI KEBANGKITAN NASIONAL (HARKITNAS) ke-65.
Bagaimana bisa, Harkitnas baru ditetapkan oleh pemerintah Indonesia melalui Keputusan Presiden Nomor 316 Tahun 1959 tanggal 16 Desember 1959 sebagai peristiwa Kebangkitan Nasional Indonesia. Bisa-bisanya menyebut peringatan Harkitnas sudah yang ke-116. Ayo pemerintah, jangan MENYESATKAN lah!
Benar bahwa, bila dihitung dari tanggal lahirnya organisasi Boedi Oetomo, Â yaitu tanggal 20 Mei 1908 oleh Dr Sutomo dan para mahasiswa STOVIA (School tot Opleiding van Indische Artsen), maka 2024 dikurangi 1908, hasilnya=116.
Jadi, tolong pemerintah melalui Kementerian Komunikasi dan Informasi (Kominfo) membuat kegiatan yang memakai pedoman resmi yang benar. Jangan menyesatkan. Mengaku-aku Harkitnas lahir sudah 116 tahun. Â
Sekali lagi, Harkitnas baru ditetapkan oleh pemerintah Indonesia melalui Keputusan Presiden Nomor 316 Tahun 1959 tanggal 16 Desember 1959 sebagai peristiwa Kebangkitan Nasional Indonesia. BARU DITETAPKAN TAHUN 1959!!!!!
Indonesia sendiri baru merdeka 17 Agustus 1945. Baru mau usia 79 tahun. Dan, menyoal peringatan Harkitnas ini, sejak tahun 2021 saya sudah mengingatkan bahwa saat itu Harkitnas diperingati yang ke-62, bukan yang ke-113!
Salah kaprah
Akibat salah kaprah tentang hitungan peringatan yang ke berapa, maka logo peringatan pun menurut saya salah, karena ada angka 116 di dalamnya. Lalu, bagaimana temanya tidak akan sekadar menjadi slogan lagi, "Bangkit untuk Indonesia Emas". Logonya saja menggunakan angka yang salah.
Ayo pemerintah, jangan sekadar bicara bangkit. Anda sendiri salah menghitung peringatan hari kebangkitan. Salah membuat catatan sejarah.
Seperti catatan saya di tahun-tahun sebelumnya, seharusnya, makna Harkitnas adalah bangkitnya semangat nasionalisme, persatuan dan kesatuan yang menjadi landasan berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Tapi, faktanya sejak rezim ini berkuasa, di ujung kekuasaannya, malah meneladani "Kebangkitan Pelanggaran Etika dan Moral" demi melanggengkan dinasti dan oligarkinya berkuasa mencengkeram Indonesia, menjadi penjajah di zaman modern.
Barangkali, sepanjang catatan sejarah Indonesia, baru kali ini, seorang yang seharusnya menjadi suri teladan malah meneladani bagaimana serakah itu, perlu terus dibangkitkan. Membuat peraturan dan kebijakan bukan amanah untuk rakyat dan hanya untuk melindungi diri, keluarga, dinasti, dan kelompoknya, serta mengamankan kepentingan-kepentingannya.
Berbagai pihak justru kawatir bila spirit tahun 1908 merasuk lagi dalam jiwa seluruh rakyat Indonesia yang terus merasa tak merdeka di tanah tumpah darahnya sendiri. Rakyat justru bangkit melawan rezim. Sebab apa pun alasannya, sehebat dan sekuat apa pun rezim, bila seluruh rakyat bangkit, kekuatannya akan mampu mengusir siapa pun yang menghalangi kemerdekaan dan kesejahteraannya.