Mohon tunggu...
KOMENTAR
Humaniora

Indonesia Membutuhkan Keteladanan Pemimpin Berkarakter Semar atau Pandawa

25 Januari 2024   14:34 Diperbarui: 25 Januari 2024   14:43 186 1

Mari, jadilah rakyat jelata yang cerdas IQ dan EQ. Mewarisi dan meneladani karakter Semar dan Pandawa, sehingga dapat membantu Indonesia lepas dari penjajahan seutuhnya, sebab masih dijajah oleh anak-anak dari negeri sendiri yang karakternya Kurawa, dengan memilih calon pemimpin yang tidak bermental penjajah dan berkarakter Kurawa. Aamiin.(Supartono JW.25012024)

Drama kehidupan berbagai lini kehidupan di Indonesia karena semua disusupi hal terkait kepentingan dan kepentingan, khususnya bagi pendidikan budi pekerti untuk rakyat, saat ini menjadi kurang baik. Terlebih dalam kancah politik.

Pemimpin negeri yang bertanggung jawab untuk mengemban amanah dan sewajibnya menjadi teladan bagi rakyat dalam hal budi pekerti, justru menjadi pelakon yang tidak patut untuk diteladani.

Karena justru sibuk dengan urusannya sendiri. Kepentingannya sendiri. Kepentingan keluarganya, dinastinya, oligarkinya, kelompoknya, golongannya, demi melayani pemodal dan kepentingannya, bukan kepentingan untuk rakyat.

Bahkan sudah tanpa basa-basi lagi, berani mengungkapkan di depan media massa yang tentunya tersiar untuk seluruh rakyat Indonesia, menjadi pemimpin yang masih menjabat, tetapi terang-terangan memberikan pembenaran sendiri, bahwa pemimpin boleh memihak dan mendukung calon pemimpin baru.

Semar, Pandawa, Kurawa

Saya, sebagai rakyat jelata, yang beberapa kali memerankan tokoh Semar dalam panggung sandiwara, sangat sedih saat melihat sendiri, di layar televisi, seorang pemimpin yang seharusnya memiliki karakter minimal seperti karakter Pandawa dalam tokoh pewayangan. Atau malah berkarakter dan berjiwa seperti Semar, justru kini yang ada dan sedang dihadapi rakyat Indonesia, malah berkarakter seperti Kurawa.

Karakter Kurawa, tokoh jahat itu, di antaranya: Iri, bengis, menghalalkan segala cara, mudah terombang-ambing, mudah terhasut, jahat, arogan, sombong, angkuh, suka menghina, pendendam, jahat, suka menculik, pemabuk, mabuk: tahta, harta, dan kekuasaan, dll.

Karakter Pandawa, tokoh kebaikan. Jujur, tidak pernah berbohong, dapat dipercaya, pemberani, gagah perkasa, penyayang, berhati lembut, tidak banyak bicara, lincah, cekatan, terampil, ingatan yang tidak terbatas (sempurna), penglihatan dan wawasan cerdas ke masa depan.

Sementara karakter Semar adalah sebagai penasihat sekaligus pengasuh para ksatria berbudi luhur, yaitu Pandawa bersaudara. Semar: sederhana, jujur, tulus, bijaksana cerdas, dan berpengetahuan luas.

Semar simbol rakyat jelata, dijuluki sebagai manusia setengah dewa. Bagi Semar, seorang pemimpin adalah seorang majikan sekaligus pelayan, jadi walaupun dia manusia setengah dewa, dia tetap pelayan atau pembantu para ksatria. Maka dari itu, Semar digambarkan sebagai penguasa kayangan tapi juga abdi dari Pandawa bersaudara.

Spiritualnya, Semar memiliki mental matang, terlihat dari wataknya yang sederhana, tenang, rendah hati, tulus, tidak munafik, tidak pernah terlalu sedih tetapi juga tidak pernah terlalu gembira.

Memiliki sifat yang tidak kagetan dan gumunan, sifatnya seperti air tenang namun menghanyutkan, namun dibalik sifat tenangnya tersebut, terdapat kejeniusan, ketajaman batin, kekayaan pengalaman hidup, dan ilmu pengetahuan.

Sosoknya digambarkan berwatak rembulan. Wajah pucatnya mengekspresikan bahwa dia tidak pernah mengumbar nafsu, dia juga mendapat sebutan sebagai semareka den prayitna semare, yang artinya menidurkan diri. Menidurkan diri maksudnya adalah batinnya selalu awas, sedangkan panca inderanya ditidurkan dari gejolak nafsu negatif. Yang paling penting adalah, Semar selalu meminta restu dari Tuhan.

Dalam filosofi Jawa, Semar disebut sebagai Badranaya, yang terdiri dari kata Bebadra yang artinya membangun sarana dari awal, sedangkan Naya artinya utusan mangrasul. Secara sederhana, Badranaya berarti membangun dan melaksanakan perintah Allah demi kesejahteraan manusia di muka bumi. Semar juga digambarkan sebagai simbolisasi nilai-nilai ideal untuk dijadikan pandangan hidup bagi manusia. Menyoal simbolisasi nilai-nilai ideal itu, belum saya ungkap dalam artikel ini.

Kembali pada hal tentang pemimpin kita, terlepas dari sudut pandang pembenaran apa  pun karena demi kepentingan mana pun dan bagaimana pun, bahkan rakyat jelata yang belum berpendidikan pun, dapat menilai, pemimpin negeri ini "mungkin" sedang dalam kondisi "sadar" atau "tidak menyadari" atas sikap dan perbuatannya yang menciderai budi pekerti.

Budi pekerti adalah tingkah laku, perangai, akhlak dan watak. Kira-kira, bagaimana budi pekerti para pemimpin Indonesia sekarang dan calon pemimpin baru Indonesia mendatang, yang kini semuanya sedang naik panggung drama kepemimpinan di +62?

Siapakah para pemimpin sekarang yang karakternya seperti Semar atau minimal seperti Pandawa? Siapa yang karakternya seperti Kurawa?

Siapakah calon pemimpin baru yang karakternya seperti Semar atau minimal seperti Pandawa? Siapa yang karakternya seperti Kurawa?

Mari, jadilah rakyat jelata yang cerdas IQ dan EQ. Mewarisi dan meneladani karakter Semar dan Pandawa, sehingga dapat membantu Indonesia lepas dari penjajahan seutuhnya, sebab masih dijajah oleh anak-anak dari negeri sendiri yang karkaternya Kurawa, dengan memilih calon pemimpin yang tidak bermental penjajah dan berkarakter Kurawa. Aamiin.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun