Mohon tunggu...
KOMENTAR
Bola Pilihan

Indra Sjafri: Memanusiakan Manusia, Semua Pemain Pilihanya, Pemain Utama

11 Mei 2023   12:57 Diperbarui: 11 Mei 2023   14:03 350 1

Indra Sjafri adalah pelatih yang memanusiakan manusia, karena 20 pemain pilihannya untuk SEA Games Kamboja 2023, tetap berstatus pemain utama semua. Dalam 4 laga, 20 pemain sudah diberikan kepercayaan merumput.(Supartono JW.10052023)  

Timnas Indonesia U-22 menjadi juara   Grup A sepak bola SEA Games 2023 setelah sukses melibas Kamboja dengan skor 2-1 di Stadion Olimpiade, Phnom Penh, Rabu (10/5/2023).

Bila bertemu Vietnam

Pasukan Indra Sjafri yang ditargetkan meraih medali emas ini, memang belum bertemu seteru sebenarnya, Thailand atau Vietnam. Sebab, siapa lawan di babak semi final sepak bola SEA Games 2023, baru akan diketahui Kamis malam (11/5/2023), yaitu Thailand atau Vietnam yang akan menjadi runner-up Grup B.

Sebagai catatan, dalam laga Thailand versus Vietnam Tim yang kalah di laga ini akan menjadi lawan Indonesia, sementara jika pertandingan berakhir imbang, maka Vietnam yang jadi lawan Indonesia, karena Vietnam dan Thailand sama-sama mengoleksi sembilan poin. Namun Vietnam kalah selisih gol.

Bila ternyata runner-upnya nanti benar Vietnam, maka dalam urusan teknik, intelegensi, personality, dan speed (TIPS), baik secara individu atau tim, Pasukan Garuda benar-benar harus meladeni teknik dan speed pemain Vietnam yang mumpuni. Plus Intelegensi dan personality para pemain Vietnam yang sudah pasti akan dimanfaatkan demi memenangi laga.

Menyoal Vietnam, Malaysia adalah tim yang sudah merasakan bagaimana para pemain Vietnam benar-benar memerankan dirinya unggul dalam hal intelegensi dan personality, sehingga para pemain Malaysia menjadi korban kelicikan dan provokasi pemain Vietnam.

Saat Malaysia bentrok versus Vietnam di fase Grup B, teknik dan speed para pemain Malaysia saya sebut mampu mengimbangi Vietnam. Tetapi para pemain Vietnam menunjukkan kecerdasan intelegensi (otak) dan personality (kepribadian, mental)-nya dengan cara bermain drama licik, provokasi, dan bermain keras.

Bila ternyata benar, anak-anak Garuda akan meladeni Vietnam, ini jelas akan menjadi PR bagi Indra. Pasalnya, untuk urusan intelegensi dan personality, anak-anak juga masih rendah. Selama ini, Vietnam mau pun Thailand tahu. Mengalahkan Indonesia lebih mudah karena para pemain Indonesia dipahami sangat mudah diprovikasi. Diserang sektor otak dan mentalnya yang masih lemah. Lalu, diajak bermain keras. Hasilnya, tentu akan menjadi bonus kemenangan bagi Thailand atau Vietnam.

Pelajaran dari Indra

Terlepas siapa yang nanti dihadapi di laga semi final dan bagaimana taktik dan strateginya, tentu Indra sudah memiliki ramuannya. Terlebih, di fase grup, menyapu bersih kemenangan di 4 laga, plus sudah memainkan 20 penggawa.yang dipilihnya masuk skuat Garuda U-22, adalah bukti bahwa Indra Sjafri memang pelatih yang kompeten dalam pedagogi ala Indra Sjafri.

Sekali lagi, Timnas Indonesia U-22 memang belum bertemu Thailand atau Vietnam. Namun, 4 lawan di Grup B,  sekarang sudah maju pesat dalam hal teknik dan speed. Namun, untuk urusan provokasi dan main keras karena unggul kecerdasan intelegensi dan personality, sampai detik ini masih milik para pemain Thailand dan Vietnam.

Sehingga, pasukan Garuda, dalam 4 laga fase Grup, saya sebut tidak mengalami provokasi dan dapat menunjukkan aksi keunggulan teknik dan speed dari 4 lawan tanpa gangguan berarti.

Lebih menarik lagi, dalam 4 laga, ternyata Indra juga memberikan pelajaran yang dapat diteladani, khususnya oleh para pelatih sepak bola di akar rumput mau pun para pelatih di usia muda hingga Klub Indonesia.

Jujur, membaca komentar netizen atau warganet atau komentator yang mengkritik/menulis tentang Timnas U-22, apalagi saat Indra menurunkan pemain inti lain saat meladeni Kamboja, saya tertawa geli. Pasalnya, apa yang dikomentari atau apa yang ditulis, sekadar sok tahu dan maaf, tak cerdas menilai.

Pahami bahwa sesuai tanggungjawabnya, Indra Sjafri yang pada akhirnya menentukan 20 pemain yang masuk skuat Timnas U-22, benar-benar bertamggungjawab pada keputusan dan pilihannya. Memanfaatkan fase Grup, dengan analisis cerdas dan cermat, tuntas, memanusiakan manusia yang berjumlah 20 orang.

Indra memanusiakan manusia, karena 20 pemain pilihannya, tetap berstatus pemain utama semua. Dalam 4 laga, 20 pemain sudah diberikan kepercayaan merumput.  

Bahkan, saat memghadapi Kamboja yang turun dengan kekuatan penuh, di hadapan puluhan ribu suporternya, pemain utama yang selama ini dianggap oleh publik sepak bola nasional dan media massa, sekadar pemain pelapis/pengganti/cadangan, tetap mampu unjuk gigi, menang permainan dan gol atas Kamboja.

Dalam laga versus Kamboja yang tampil lengkap, Indra pun percaya kepada para pemain, yang bahkan belum dapat menit bermain, tampil penuh selama 90 menit plus 7.

Apa yang dilakukan oleh Indra dalam 4 laga fase Grup A, wajib diteladani oleh para pelatih, yang mengaku dirinya pelatih sepak bola, dari akar rumput sampai Klub di Indonesia.

Indra bertanggungjawab dengan pemain yang dipilihnya, melalui proses. Indra percaya kepada para pemainnya. Dan, Indra tidak menyiakan satu pemain pun di tribun penonton atau bench pemain, dengan hanya menjadi turis Indonesia yang berkunjung ke Kamboja.

Tetapi Indra, benar-benar bertanggungjawab dan memanusiakan para pemain hingga semua, dari 20 pemain merasakan berjersey Timnas Indonesia, tampil dalam pertandingan resmi yang hanya 1-2 menit.

Sebaliknya, meladeni Kamboja yang tampil dengan kekuatan penuh plus pemain ke-12 (suporter), para pemain Indonesia yang diturunkan dan dipandang sebagai pemain pelapis/cadangan, ternyata mampu menjawab kepercayaan Indra dengan tampil sesuai standar pemain Timnas Indonesia, sesuai versi saya, berdasarkan catatan TIPS pemain.

Wahai yang mengaku para pelatih sepak bola di Indonesia, belajarlah kepada apa yang sudah dicontohkan Indra. Memanusiakan manusia. Menganggap 20 pemain, semuanya pemain inti. Dan, tidak ada satu pemain pun yang tidak merasakan duduk di tribune penonton dan bench pemain abadi. Tidak ada yang dijadikan turis atau penonton abadi oleh Indra. Semua dihargai sama. Target meraih emas pun tetap dikedepankan.

Tidak menjadi pelatih batu yang tidak punya perasaan. Meremehkan pemain yang sudah dipilih masuk skuat. Tetapi pikiran dan tenaganya tidak dihargai. Padahal sudah berproses bersama. Sama-sama terkuras pikiran, waktu, tenaga. Sama-sama mengorbankan berbagai hal, demi masuk skuat Garuda, berjuang untuk nama baik dan prestasi bagi bangsa dan negara.

Itu karena saya sebut Indra Sjafri adalah pelatih yang berkompeten. Ibarat guru di sekolah formal. Indra lengkap menguasai kompetensi pedagogi, menguasai kepribadian, menguasai sosial, dan profesional.

Semi final, obyektif menilai

Kini, pasukan Indra Sjafri, sudah satu kaki menginjak target medali emas. Satu kaki ini harus dituntaskan, yaitu menang versus Thailand atau Vietnam.

Namun, menuntaskan satu kaki ini bukan pekerjaan mudah. Pasukan Garuda akan menghadapi lawan sebenarnya yang TIPSnya kompeten plus punya tradisi menghalalkan segala cara demi mengalahkan Indonesia, yaitu cara licik.

Melihat fakta keberadaan Thailand dan Vietnam di SEA Games kali ini, serta melihat kondisi pasukan Garuda dengan 20 pemain yang sudah dapat diidentifikasi TIPSnya sesuai catatan statistik versi saya, sesuai tampilan dalam 4 laga di fase Grup, saya yakin, Indra Sjafri sudah menemukan formulasi pemain yang paling tepat dan kompeten untuk menghadapi partai hidup mati di semi final.

Tetapi sekali lagi, dibandingkan pemain Thailand dan Vietnam, titik lemah para pemain Indonesia tetap di sektor klasik, intelegensi dan personality. Tetap banyak pemain yang "polos" tidak cerdas otak dan emosi. Sangat mudah dipancing emosinya dan sangat nyambung tergerus suasana saat diprovokasi.

Akibat lemah otak dan emosi ini, selain mudah dipancing emosi dan mudah diprovokasi, juga sangat tidak sadar ketika bermain individualis dan egois. Lalu, dalam urusan teknis, passing dan control pun tidak akurat. Sangat mudah melakukan kesalahan elementer.

Jadi, meski nanti Indra memainkan komposisi pemain yang terbaik, di laga semi final, sebab bagi saya, semua dari 20 pemain asuhan Indra Sjafri adalah pemain utama. Maka, bila persoalan intelegensi dan personality di beberapa pemain masih ada yang belum dapat teratasi, maka sulit Garuda U-22 menang dari Thailand dan Vietnam.

Bila ternyata benar, di semi final, Garuda kalah dari Thailand atau Vietnam, kita wajib menerima dan melihat masalahnya dari sudut yang obyektif, sesuai fakta.

Perbandingannya, lihatlah Kamboja. Sebagai tuan rumah, dipersiapkan matang. Pelatih kelas dunia. Penonton mendukung dan memenuhi stadion. Tetapi tetap tidak berdaya meladeni Myanmar. Pun tetap kalah dari Indonesia. Meski Indonesia menurunkan beberapa pemain utama, yang menit bermainnya masih kurang.

Semoga, dengan sudah diketahui komposisi pemain terbaik untuk partai semi final, plus para pemain juga dapat mengatasi kelemahan otak dan emosi. Maka, para pemain akan menunjukkan kompetensi TIPSnya dengan benar dan baik.

Tidak ada pemain yang egois, individualis, mudah dipancing emosinya, mudah diprovokasi. Tidak ada pemain yang melakukan kesalahan elementer dan pelanggaran dan tindakan yang tidak fair play. Tapi, tampil dengan cerdas TIPS. Mampu membuktikan diri, hingga mampu mengalahkan Thailand atau Vietnam. Aamiin.



KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun