Mohon tunggu...
KOMENTAR
Diary

Maafkan Aku, Pergilah Sahabat!

30 Mei 2022   10:29 Diperbarui: 30 Mei 2022   10:41 189 2


PULANG sekolah kami acap bersama. Dari Rawasari hingga Galur. Naik bus kota  jurusan Ramangun-Senen. Bersama Ade Wahyudi dan Erizal. Saya lanjut ke Kemayoran.

Senda gurau menghiasi sepanjang jalan. Kami bertiga bicara ngawur ngidul. Bikin hati senang. Tertawa lepas. Meski harus berdiri di bus kota.

Kadang sedikit serius. Ngobrol soal pelajaran. Fisika dan matematika yang bikin pusing kepala. Pun bahas guru killer, olahraga, hingga roman picisan.

Ade Wahyudi dan Erizal dua sahabat yang bersahaja. Baik hati, tidak sombong. Murah senyum. Mereka juga cerdas dan mau berbagi ilmu.

Keduanya tidak kuper, meski getol berkutat dengan buku. Mereka suka kongko-kongko dengan teman-teman sekelas.

"Kalo elo demen sama mutia, katanya elo harus bisa mengaji," ujar Ade mendapat pesan dari wanita idola saya di kelas 1-7 SMUN 30 Jakarta.

Pesan dari sang idola itu hingga kini masih tersimpan di memori saya. Saya hanya tertawa kecil kala mengingatnya. Pesan yang menarik dan menantang. Tapi, ya sudah...lah.

Ade dan Erizal juga suka olahraga. Sebelum masuk kelas atau jam istirahat kami main bola. Di halaman sekolah. Lalu menyerbu ke kantin. Ambil gorengan tiga bayarnya cuma satu.

Bicara olahraga, tim bola kelas kami paling hebat. Bukan sombong. Kata Rai Renaldi-ketua kelas kami - tidak ada yang ngalahin. Bukan jagoan kandang, di sekolah. Tapi juga melawan sekolah lain. Sekalipun bermain di lapangan becek.
Saya juga menjadi bagian dari tim bola itu.

Sepulang main bola, kami ke rumah Rai di bilangan Sunter, Jakarta Utara. Mandi bersih-bersih, lalu disiapkan makanan. Habis itu cekikikan. Cerita kemenangan. Tak ada hentinya. Duuuh... indah sekali dunia. Kasih Pujiantoro mengingatkan kenangan itu di grup WhatsApp.

Rai juga pernah pernah mengajak kami liburan ke Bali. Ke rumahnya di Kota Denpasar. Kami kompak luar dalam. Naik kereta Jakarta-Surabaya. Lanjut ke Banyuwangi sebelum menyeberang ke Gilimanuk.

Kenangan indah itu sulit terulang. Tapi patut dikenang. Meski terbilang usang. Keadaan dan waktu membelenggu. Jauh berubah. Tentu tak bisa disalahkan. Semua mengalir begitu saja.

Beruntung kami masih bisa silaturahim. Meski lewat dunia maya: Grup Wags Grast 30 (Gerakan Anak Satu Tujuh). Angkatan 1988.

Belakangan, saya menahan dada yang sesak ketika mendengar berita kepergian ini. Dua sahabat saya: Ade dan Erizal telah tiada. Pergi untuk selamanya.

Kematian memang sudah pasti. Itu takdir Ilahi. Tak ada yang bisa menolak kuasa Tuhan. Tak ada yang tahu kapan 'undangan' itu datang.

Ade dan Erizal pergi. Tentu saya sedih. Saya tak bisa berbuat apa-apa. Tak ada lagi canda dan tawa. Maafkan saya tak bisa mengantar kepergianmu ke tempat peristirahatan terakhir. Saya hanya bisa mengirim Al-Fatehah.

Sahabat, saya janji, akan tetap mengenang pertemanan kita. Persahabatan kita. Kebaikan-kebaikan kalian yang tulus.

Ade, saya bangga dengan prestasimu. Saya ingat bagaimana kamu mengajari menghapal konfigurasi kimia. 'Helina Ketabrak Rubi Cs Frustrasi' (H, Li, Na, K, Rb, Cs, Fr). Beli Mangga Cabe Seraup Bayar Rame-rame (Be, Mg, Ca, Sr, Ba, Ra).
Sungguh itu sangat membantu.

Masih banyak lagi ilmu lainnya yang kalian berikan. Kalian berdua hebat. Saya mungkin juga teman2 lainnya merasa iri. Dalam arti positif.

Pergilah sahabat. Tidur nyenyak saudaraku. Pergilah menemui Allah. Insya Allah, jannatun naim menantimu. Aamiin yaa Robbal'Alamiin ..

Yakinlah, kita bakal bertemu di sana. Entah kapan...!

Suryansyah
Warga Depok Paling Pinggir

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun