di kaki-kakimu yang kokoh
yang dulu selalu telanjang
menjejak tanah
dengan setia
akrab dengan licinnya tanah liat basah Gunung Kendeng
intim dengan embun di rumputan ladang huma
hamparan tanaman padi
lahan kering tanpa genangan air
karib dengan kali-kali berbatu-batu tanpa sabun tanpa deterjen yang bila senja tiba kunang-kunang beterbangan riang
kaki-kaki telanjang yang dulu rajin ke ladang dan leuit
bahkan tetap telanjang menempuh 3 hari ke Jakarta jalan kaki
Kulihat sebuah arloji
di pergelangan tanganmu
yang dulu jari-jarinya lincah memainkan kecapi dengan indah
mengolah batang tanaman Kecobrang menjadi pembersih badan untuk mandi
memanggul durian Baduy di bulan Desember-Januari
Kulihat kepalamu sekali-sekali bertudung hoodie
dulu, telekung putih setia memberi aura rupawan di sekujur kehadiranmu
Sementara itu,
kulihat sepasang sepatu
di kaki-kaki lincah
milik seorang pemuda yang lain
mengenakan telekung batik biru
tas kepek terselempang di bahu
kemejanya:
jamang hitam
batik biru Baduy luar
ia berkaos sesekali
celana tanggung kain aros
terkadang ia gerai rambutnya yang gondrong
diatas semua itu bicaranya tetap santun, murni, dan bersahaja
senyumnya dikulum, tawanya tanpa bahak
Dulu kubayangkan, kau akan tak beda dengan dia
Kini, yang kubayangkan, lantak
: kau berubah rupanya
: kau jauh berubah