mengulur rasa timbul tenggelam
menghadirkan yang dulu-dulu dari kehidupan sebelum
satu, dua, tiga detik sensasi
beradu berpadu tak bisa dijelaskan dalam kata-kata
gelombang semesta mengalun tak terelakkan
Titik- titik temu yang semu antara kau dan aku
lagi dan lagi
berulang kali
hadir nyata dalam rasa, walau kau tiada
Wahai ...!
engkau dimana?
engkau dimana?
engkau dimana, sesungguhnya?
aku gila mencarimu tak kunjung jumpa
Kau:
yang tak kutahu siapa
selalu menjajari langkahku
setiap kali kutaklukkan puncak-puncak gunung di pelosok negeri-negeri
selalu menawanku dalam tenung
hadir nyata, namun mengapa hanya ada dalam rasa?
Sedangkan rasa ingin jumpa ini
demikian berat,
demikian pekat,
bagai kabut Rinjani saat purnama di Nakshatra Shravana
Dua dasa warsa terlewat
rindu yang kuemban dengan selendang kencana
tak bisa lagi tertampung
meluap-luap melampaui sang wadah
ketika kudaki lagi puncak berkabut Hargo Dumilah
Kuberikan diriku penuh seluruh dalam suwung
keheningan yang kokoh menguatkan
lalu sekali lagi
kau menawanku dalam tenung
kali ini hadirmu penuh
jiwa dan raga
tangisku pecah
dadaku buncah
jejak bibirmu di keningku
melumat dunia dan seisinya
lebur menyatu
berpusat di kita
Alam semesta terdiam
04:59
21 Jan 2021