Dewi Kamaratih terbangun dari peraduan
kelambu kelabu
pekat
muram
Dewa Surya di batas langit Timur: kuning keperakan
namun sarat dengan enggan
mega abu-abu tua
gelap menggelayuti angkasa Barat
rinai air mata langit satu persatu menderai
tipis
lirih
Sang Dewi menyibakkan selendang
lembut perlahan selaras tarian Bedhaya Ketawang
seketika bianglala merekah ruah
berawal di merah
berakhir di ungu
(aku jadi saksi
tujuh anak tangga kahyangan itu tadi pagi
saat kutabur wangi bunga seribu
di taman kesayangan Ibu)
senja terakhir di 2020 sangat jingga
indah nian selebrasi semesta
Dewa Pujangga sibuk memunguti kata-kata
di pasir
di pantai
di karang
pada lokan & kerang
sayang seribu sayang
tas pinggangnya penuh lubang
arang kranjang
seluruhnya hilang
aksara terbuang di penjuru ruang
meski ia merebut dan pertaruhkan juang
Sang Pujangga meletakkan pena berbulu angsa
Ia sadar, ini bukan tentang kalah & menang
yang ia perlukan sekarang adalah
sebuah jeda: heneng, hening, henung
Imah Seniman, 31 Desember 2020