Ujarmu.
Kamu menatapku dengan mata bintang kejora yang selalu kukagumi.
Kualihkan pandangku dari tali kekang kuda yang kuhela. Bedjo, nama kudaku. Ia berdiri diam di sampingku. Sedangkan kamu -gadis bermata bintang kejora itu- tepat di hadapanku. Wangi parfummu kenanga. Kulitmu seputih susu. Lehermu jenjang. Rambutmu kau ikat ke belakang. Anak-anak rambutmu halus melingkari lehermu yang menyangga kepala. Wajahmu tanpa riasan. Hanya lipstik warna nude di bibir. Wajah yang sangat Jawa. Rambut di tengah dahi membentuk ujung lancip. Kubayangkan bila kau kelak menjadi pengantin putri, paes hitam menutupi dahimu yang agak bidang. Berlekuk lengkung cembung hitam indah.
Namaku Satya. Aku bekerja di pantai ini sejak lama. Bekerja sama dengan Bedjo, aku menyewakan jasa berkuda untuk para wisatawan yang mengunjungi Pantai Selatan yang berpasir putih. Selain menyewakan kuda, aku juga menawarkan jasa live sketching dengan menggunakan pensil dan kertas Canson. Aku pemuda yang masih tertarik melajang. Sebuah kedai kopi sederhana kukelola untuk kehidupan sehari-hariku. Untung ada Rangga, sepupuku, yang mau menunggui kedaiku. Aku sendiri lebih senang bergerak ke sana ke mari di bawah sinar matahari, mencari penumpang untuk Bedjo. Dengan begitu aku jadi bisa ngobrol dengan orang-orang dan menambah teman baru.