asmara tak lagi mengenal kata sandi
yang kupasang pada kunci
di pintu hati
Kau bunuh aku berkali-kali
namun aku tak mati-mati
seperti kecupmu di bibirku
yang tak hilang meski waktu menjadi tua
lukisanmu berangsur pudar dan usang
Pergilah jauh, Kekasih
pada titian panjang kutetapkan langkah
menghukum diri dengan mereguki anggur dimensi-dimensi bumi yang tak kau mengerti
membebat luka berdarah dengan senyum secerah pagi bulan Mei
sebanyak embun pagi
di Negeri Seribu Bukit
Aku memang tak akan kembali
meskipun kerikil tajam ingatan kerap kali menghelaku sekencang lari Kuda Sembrani
Pergilah jauh, kau, Kekasihku
obati lukamu sendiri
dengan madu hutan terpahit
yang pernah kuselipkan diam-diam diantara pelukan