Nyengir. Hingga menyembul gigi gingsulku. Hanya itu yang bisa kulakukan saat mendengar komentar -yang udah entah berapa kali terlontar dari beberapa orang- itu. Biasanya otomatis diikuti dengan mataku yang menyipit seperti saat matahari membuncahkan sinarnya dengan overdosis tepat di koordinatku berada. Biasanya kemudian bola mataku menari-nari diikuti dengan derai tawa yang susah ditebak maknanya.
KEMBALI KE ARTIKEL