Tulungagung merupakan salah satu kabupaten di Jawatimur yang berlatar budaya Mataraman dimana budaya ini berpusat di Yogyakarta. Budaya Mataraman sebenarnya berpangkal dari budaya tradisi Majapahit atau Jawa, yang dipadu dengan budaya tradisi Islam.
Bentuk seni masyarakat yang berbudaya Mataraman sesungguhnya tidak jauh beda dengan hasil seni budaya tanah asalnya, Yogyakarta. Beberapa bentuk seni berbudaya Mataraman itu seperti ketoprak, wayang, tari-tarian bedaya, maupun karya sastra seperti serat dan babad yang dikenal sangat mengagungkan tradisi budaya Jawa-Islam.
Hampir semua daerah berbudaya Mataraman memiliki kesenian tradisi berupa wayang purwa, ketoprak, dan jaranan. Tulungagung juga demikian. Akan tetapi kabupaten ini ternyata memiliki kesenian tradisi khas yang tidak dimiliki daerah berbudaya Mataraman lainnya, yaitu seni tradisi Reyog Kendang.
Reyog Kendang Tulungagung merupakan gubahan tarian rakyat. Terdapat dua versi asal-usul seni Tradisi Reyog Kendang Tulungagung. Pertama berlatar belakang cerita tentang pernikahan antara Dewi Kilisuci dengan Lembu Jatasura dan kedua berrlatar belakang cerita ketika rombongan raja Bugis datang ke kediri meminang Dewi Kilisuci.
Berdasarkan hasil penggalian data historiografi dari kelompok seni tradisi yang tergabung dalam Rumah Budaya SANGTAKASTA, Sendang, Tulungagung, serta sudah mendapat tafsiran sejarah dari Siwi Sang, menunjukkan bahwa cerita kedatangan rombongan Raja Bugis ke Kediri dalam rangka meminang Dewi Kilisuci lebih kental kesejarahannya.
Artinya adalah kisah cerita itu bukan sepenuhnya berdasarkan cerita tutur atau legenda semata, melainkan masih dapat ditelusur kronologis sejarahnya, seperti tahun kejadian dan masa kepemerintahan Prabhu Erlangga dan kedudukan Dewi Kilisuci di keraton Kediri yang merupakan putri Mahkota kerajaan Medang Kahuripan.
Peristiwa kedatangan rombongan utusan Raja Bugis ke Kediri itu di kemudian hari kelak oleh masarakat daerah sekitar lereng gunung Wilis, terutama daerah Sendang Penampihan Tulungagung diabadikan menjadi latar cerita gerak tari seni tradisi Reyog Kendang Tulungagung yang sekarang pakemnya berjumlah 12 gerakan.
Terang ternyata bahwa kisah sejarah, cerita rakyat, atau tutur tinular ternyata dapat menginspirasi munculnya karya karya lain seperti karya Seni tari Rakyat yang dikenal sebagai Reyog.
Perlu pula kiranya diadakan pendokumentasian dalam bentuk naskah buku sebagai satu langkah pelestarian seni tradisi lokal, mengayakan seni tradisi Nusantara.
___