Sesekali cobalah linglung di jalanan Jakarta. Suatu siang, usai rapat di daerah Raden Saleh, saya putuskan menyusuri jalan Kramat menuju Museum Sumpah Pemuda. Berjalan kaki di Jakarta adalah sebuah seni. Kau bisa menjumpai tukang tambal ban terkantuk-kantuk, pemilik kios rokok dan losion antinyamuk termangu seraya berkipas-kipas, orang-orang yang entah menanti apa di satu halte tua, hingga gerobak kue cubit, pancong, siomay, cilok dan es doger yang membuat matamu jelalatan. Siang itu, saya melangkah dengan rute zigzag, di atas trotoar tak rata, di bawah matahari yang bak diktator, sembari memanggul laptop dan dokumen.