Mentari pagi masih berpendar rendah sinarnya menyapu bumi. Hembusan nafas alam menyapu anting-anting dadaunan. Deru mobil meliuk menyeruak memecah kemesraan pelukan embun. Tak tertinggal, debu jalanan tak henti menyambut pejalan kaki, penjual sayur, pekerja kantoran bahkan kanak-kanak yang bersemangat bersekolah. Aku masih merasakan pijatan bumi menusuk telapak kaki. Membasuhnya dengan sentuhan basah rumput taman negeri yang kudiami. Entah sudah berapa meter kujamahkan kedua tonggak tubuh pada kelembutan tanah berharap kenikmatan Tuhan tak terabaikan dengan banyak mensyukurinya.