Wilkacikta kembali menjerit. Kali ini bukan karena kehadiran tetangga yang datang menjenguk atau sekedar melihatnya. Bukan karena emak bapaknya yang ingin menyuapinya. Menggila dan brutal. Suara paraunya kian menyileti rongga tenggorokan. Bang jamal yang saat itu bersorban putih lengkap dengan gamisnya, seakan bergeming melihat wilkacikta.