Adrian jarang keluar, kecuali untuk kebutuhan yang sangat penting. Setiap kali dia berhadapan dengan orang-orang, denyut jantungnya cepat dan dia berkeringat dingin. Setiap upaya untuk bersosialisasi berakhir dengan hiruk-pikuk dan kekacauan.
Namun, dalam pengekangan tunggalnya, Adrian memiliki satu energi yang menguras tenaga di hatinya: menulis. Di kamarnya yang penuh dengan buku dan pulpen, Adrian membuat kata-kata indah yang dibangkitkan oleh kehidupan kreatifnya. Karya-karyanya berubah menjadi jendela yang membuka dunia lain baginya.