23 Maret 2016 17:47Diperbarui: 24 Maret 2016 00:306264
• Tantangan FC – nulis novel * 100 hari 50.000 kata * • Siti Swandari no. 16
VI. Terus Diganggu
Sudah menjadi kebiasaanku sejak muda, jika jelang tidur, aku selalu membaca buku ditempat tidur, kadang sampai jauh larut malam.
Ditempat tidurkku selalu tersedia lampu baca, dan pasti ada beberapa buku, majalah atau koran yang belum sempat kubaca. Jika sedang asyik, kadang sampai lupa waktu, hingga jelang subuh
Setelah menikah, kebiasaan itu tidak juga hilang, dan selalu tersedia lampu baca ditempat tidurku, juga beberapa buku dan majalah dan juga koran dirak dan lemari tempat tidurku.
Dan malam inipun aku sedang membaca, kebetulan tadi ada majalah dan koran langganan yang datang, aku belum sempat membacanya tadi siang.
Kulirik jam hampir setengah satu, suamiku sudah tidur, aku menguap, mataku mulai terasa berat, mengantuk. Aku bangkit, sepi sekali terasa keadaan sekeliling.
Aku kekamar anakku, semua sudah terlelap, aku jalan kekamar makan, membuka kulkas, tapi kututup lagi, kekamar mandi dan kembali kekamar.
Sesudah minum air putih yang selalu tersedia di meja dekat tempat tidurku, aku matikan lampu baca, aku menata bantal dan mulai tidur.
Keadaannya sunyi sepi, hening , aku mulai akan lelap
Rasanya baru sebentar tertidur, aku sayup mendengar teriakan … ibu … ibuu, .. ibuu …langsung mata ini terbuka, aku terjaga.
Aku cepat bangkit, menajamkan telinga, terdengar lagi,…suara Warsih ? Kunyalakan lampu, aku mendengar panggilan itu lagi, .. iya suara Warsih.
Aku membangunkan suamiku, “ Pa,..pa, … paa,.. “ dia kaget, aku memberi tanda dengan jariku, dia juga segera mendengarkan teriakan itu dengan setengan ngantuk tapi segera bangkit. Cepat mengambil pentungan, minum air putih beberapa teguk dan langsung keluar.
Aku juga mengambil pentungan dan ikut lari keluar, aku berteriak keras, … Warsih,… Warsih,… Waarsiiih !!!
“… Ibuuu ada orang, …Ibuu..” suaranya terdengar ketakutan
"Pardi ,…Pardi,.." terdengar suamiku memanggil pak Pardi, kudengar dia membuka pintu dapur.
Warsih langsung masuk dan menghambur berlari kedalam, eyang dan pembantu juga anakku sudah terbangun, kita semua kebingungan, mungkin belum sadar benar.
“Ada apa Sih ?” tanyaku, dia kelihatan takut sekali, menggosok-gosok matanya, pembantuku memberinya minum air putih, dia meminumnya gesa.
Kulihat suamiku dan pak Pardi juga masuk, sesudah menentramkan diri, ... mereka cerita.
Jadi tengah malam, jendelanya digedor dari luar, dimintai duit atau perhiasan,.
Pak Pardi tidak mau memberi, dan mereka mulai mengancam, kalau tidak jendelanya mau di pecah, mereka membawa kapak, mau didobrak diobrak-abrik.
“Jendelamu pakai tralis ya ?’ aku tanya, pak Pardi dan Warsih mengangguk
“Saya yang takut bu, gemetaran - jendela itu digedor – gedor pakai kapak, keras sekali , kayunya didobrak, dicecel-cecel, mau di pecah,..” Warsih agak tersengal berceritera.
“Orangnya pada lari setelah mendengar suara bapak tadi.” Kata pak Pardi.
“Sudah, kamu sekarang ngambil barangmu semua dan tidur didalam saja malam ini.” kata suami.
Sekali lagi suami dan pak Pardi memeriksa kamar itu, suami ikut menyoroti halaman belakang , kemudian menutup – mengunci pintunya dari luar .
Dan mereka ngumpul semua dikamar anakku dan eyang, tapi sepertinya sampai pagi tidak ada yang bisa tidur.
Paginya kita berbondong keluar untuk melihat jendela yang sudah terpecah-pecah, dikawal oleh suami dengan membawa senjata yang sudah dikokang, siap tembak.
Suasananya betul-betul menegangkan, aku melihat sekeliling dan melihat beberapa jejak kaki dibawah jendela – banyak sekali jejak-jejak ada disitu.
Jejak-jejak itu bercampur dengan serpihan kayu jendela yang berderai di gedor-gedor tadi malam.
Sewaktu suami kekantor, pak Pardi tetap dirumah, nanti akan dikirim orang untuk membantu pak Pardi membetulkan jendelanya.
Beberapa orang dari BRI juga pada berdatangan dan melihat kerusakan jendela itu, mereka makin khawatir saja, rupanya maling itu sudah mulai nekad.
“Oh iya,berapa orang kamu dengar suaranya malam itu Sih ?’ aku tanya “Sepertinya ada dua orang bu,..” jawab Warsih
Pak Dullah dan pak Burhan, tetangga itu juga datang membantu, sebentar kemudian ada dua orang dari kantor yang ikut serta juga membantu.memperbaiki jendela itu.
Ada tukang las yang dibawa serta, untuk memperkuat tralis-tralis di jendela,, dan dipintu belakang dipasang lagi beberapa catok tambahan untuk memasang gembok.
Pada siang hari, jendela itu tampaknya sudah rapat dan kuat, juga tralisnya dipasang lagi mur tambahan dan tralisnya ditambah silang, agar lebih rapat.
Waktu suami datang, dia membawa beberapa gembok besar, yang akan dipasangkan pada pintu belakang.
Aku sebetulnya pengin tertawa, jadi kamarnya Warsih dan pak Pardi pesis seperti kamar narapidana kelas berat, semua tertutup rapat.
Jixie mencari berita yang dekat dengan preferensi dan pilihan Anda. Kumpulan berita tersebut disajikan sebagai berita pilihan yang lebih sesuai dengan minat Anda.