Mohon tunggu...
KOMENTAR
Pendidikan

Menyulap MOS Jadi Hari Pertama yang Penuh Makna

15 Juli 2012   02:27 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:56 1546 2
Awal pekan ini sekolah-sekolah mulai ramai menggelar Pekan Orientasi Siswa atau lebih dikenal dengan MOS (Masa Orientasi Siswa). Di jalan-jalan sudah tampak anak-anak sekelas SMP dan SMA yang memakai atribut-atribut aneh. Berkaus kaki sebelah merah sebelah kuning, rambut dikuncir tiga, memakai topi wisuda,  topi penyihir, dan berselempangkan tas dari kantong plastik keresek ataupun karung terigu.

Ingatan saya jadi melayang ke duapuluh tahunan ke belakang saat sayapun menggunakan atribut-atribut demikian ketika akan masuk SMP dan SMA, bahkan perguruan tinggi sekalipun . Tahu tidak apa yang ada di benak saya pada saat itu ? Takut! Ya, benar. Saya sama sekali tidak merasa senang dan tertantang akan datangnya hari pertama sekolah, tapi yang ada adalah perasaan takut, gelisah dan kekhawatiran super tinggi. Saya selalu membayangkan, hukuman apa yang akan diberikan kakak-kakak kelas pada saya.Itu mengingat setiap kesalahan yang dibuat anak baru pasti dihadiahi hukuman. Hukuman terpopuler dari dulu hingga kini adalah skotjump, push up, atau lari keliling lapangan.

Pemandangan ini saya terpaksa nikmati setiap tahun di hari pertama mereka masuk sekolah. Tak ada raut muka ceria di pagi hari. Semua anak dalam keadaan bergegas dan waspada. Terus terang, saya selalu menyayangkan kebahagiaan ini terenggut bahkan di hari pertama mereka masuk sekolah. Unsur senioritas kakak-kakak kelasnya memang tak mau dihilangkan begitu saja, mengingat merekapun merasakan hal yang sama ketika masuk dulu. Itulah, betapa pentingnya mengingatkan para panitia dari OSIS tentang pergeseran budaya MOS dewasa ini.

Untungnya, di hari pertama ini sekarang anak-anak tidak lagi berkaus kaki bola panjang warna menyolok dan rambut diberi pita. Anak-anak baru menikmati MOS dengan memakai jas dan sepatu pantofel. Membawa tas biasa saja, tidak seperti saya dulu harus memakai karung terigu dan kantong kresek. Ketika saya kuliah bahkan, saya pernah digonggong anjing di depan masjid UIC Jakarta Timur karena membawa karung terigu penuh barang bawaan di pagi buta. Lantas, apa sih sebenarnya maksud dari MOS itu?

MOS adalah masa orientasi siswa. Beberapa sekolah menyebutnya MPLS (Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah), yaitu beberapa hari yang diperuntukkan bagi siswa untuk mengenal sekolahnya yang baru sebelum mereka benar-benar menjadi penghuni sekolah tersebut selama beberapa tahun ke depan. Manfaat masa orientasiini adalah agar siswa mengenal sekolah secara fisik, mereka juga mengenal guru-guru dan kakak kelasnya. Di sini siswa diberikan bekal bagaimana pola pembelajaran yang biasa dipakai guru. Misalnya, ketika saya sering mengajar memakai social media berupa facebook, twitter dan blog, maka pada masa orientasi ini saya berikan bekal awal tentang berinternet sehat dan memanfaatkannya untuk pembelajaran. Salah satu menunya adalah saya berikan sesi bagaimana membuat blog.

Ketika guru kimia dan fisika selalu mempergunakan laboratorium untuk menunjang pembelajarannya, maka MOS ini menjadi waktu yang tepat bagi guru membawa anak-anak melihat betapa asiknya belajar di lab. Kakak-kakak seniorpun bisa turut eksis tanpa harus melakukan kekerasan pada siswa baru, misalnya mengadakan acara pentas seni. Selain kakak senior bisa unjuk gigi dan mencari massa pendukung, mereka juga bisa menggali bakat-bakat yang ada dari adik-adik kelasnya.

Senior bisa juga mengajarkan anak baru untuk debat, karena debat merupakan salah satu metode guru mengajar di kelas. Artinya, tanpa kekerasanpun senioritas tetap ada namun lebih elegan.

So, tidak ada lagi alasan mengapa masa orientasi harus memakai kaus kaki bola sebelah merah sebelah kuning atau rambut kuncir empat karena MOS bisa dimanfaatkan lebih dari itu oleh sekolah dan organisasi siswa yang ada.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun